Yogyakarta-- Siapa yang menyangka bahwa sepak bola, yang bagi sebagian orang hanya sebatas hiburan, bisa menjadi jalan untuk meraih pendidikan tinggi? Kisah inspiratif datang dari Haikal, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang meraih beasiswa berkat bakat sepak bolanya. Bagi Haikal, kombinasi antara hobi dan pendidikan bukan hanya impian, melainkan sebuah kenyataan yang kini ia jalani.
Sejak kecil, Haikal atau yang akrab disapa Ical memang sudah jatuh cinta dengan bola. Dari lapangan kecil di kampung halamannya, ia sudah terbiasa mengejar bola hingga senja tiba. "Bola itu bukan cuma olahraga buat saya, tapi sudah seperti bagian dari hidup. Dulu sering main bareng teman-teman di kampung, tanpa mikirin siapa yang menang atau kalah," kenangnya dengan senyum lebar. Namun, tak disangka, kecintaan Ical terhadap sepak bola justru membawanya ke dunia pendidikan yang lebih luas.
Perjalanan Ical mendapatkan beasiswa sepak bola dimulai dengan mengikuti rangkaian seleksi yang diadakan oleh UMY. Pada awalnya, ia hanya tahu tentang beasiswa ini dari teman-temannya yang juga mengidolakan sepak bola. "Teman-teman sering cerita soal seleksi beasiswa di UMY. Saya merasa ini kesempatan besar buat saya, jadi saya langsung mendaftar," ungkap Ical.
Seleksi beasiswa sepak bola UMY terdiri dari serangkaian tes, mulai dari uji keterampilan teknis sepak bola, ujian fisik, hingga wawancara untuk melihat motivasi dan potensi akademik calon penerima beasiswa. Ical mengingat dengan jelas bagaimana ia berlatih keras untuk mengikuti seleksi tersebut. Ia tahu, ini adalah peluang besar untuk menggabungkan dua dunia yang sangat ia cintai olahraga dan pendidikan.
"Di seleksi, saya diuji fisik dan teknik. Tapi yang paling berkesan adalah wawancaranya. Saya merasa mereka tidak hanya menilai kemampuan sepak bola saya, tetapi juga sejauh mana saya serius dalam kuliah dan mengatur waktu antara akademik dan olahraga," kenang Ical. Hasil dari seleksi ini adalah tawaran beasiswa penuh untuk kuliah di UMY, yang pada akhirnya Ical pun resmi bergabung dengan tim sepak bola UMY, sebuah kesempatan yang ia anggap sangat berharga.
Walaupun hidupnya kini dibagi antara latihan sepak bola dan kuliah, Ical mengaku tidak merasa terbebani. "Saya suka olahraga, dan kuliah itu juga penting. Tapi yang saya belajar dari sepak bola adalah bagaimana disiplin, fokus, dan bekerja sama dalam tim. Itu semua saya terapkan juga di kuliah," ujarnya. Sebagai mahasiswa yang juga atlet, Ical harus pandai membagi waktu. Setiap hari, setelah berlatih di pagi hari, ia mengikuti perkuliahan hingga sore, lalu kembali berlatih lagi bersama tim sepak bola UMY. Pada malam hari, barulah ia menyempatkan waktu untuk belajar. Meskipun padat, Ical tetap bisa menjaga prestasi akademiknya dengan baik. Namun, perjalanan Ical tidak selalu mulus. Ada kalanya ia merasa lelah, baik fisik maupun mental. Ditambah lagi, dengan berbagai jadwal latihan yang intens, terkadang ia harus melewatkan kegiatan akademik atau berjuang untuk tetap hadir dalam ujian tengah semester. "Tantangan terbesar bagi saya adalah menjaga keseimbangan antara kuliah dan sepak bola. Tapi, itu juga yang membuat saya semakin termotivasi. Sepak bola mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah, dan itu juga berlaku di kelas," ujarnya.
Tim sepak bola UMY sendiri memberikan dukungan penuh kepada Ical dalam menjalani dua dunia sekaligus. Pelatih tim, yang akrab disapa Coach Nopendi, mengungkapkan, "Ical adalah contoh atlet yang tidak hanya unggul di lapangan, tetapi juga cerdas dan disiplin. Kami selalu mendukungnya untuk tetap fokus pada kuliah dan mendalami ilmu yang dia pilih, sembari terus mengembangkan kemampuan sepak bolanya."
Meskipun beasiswa sepak bola di UMY sudah cukup untuk membiayai kuliah dan memberikan kesempatan bermain di level perguruan tinggi, Ical tak lantas puas begitu saja. Ia punya ambisi lebih besar untuk melangkah ke dunia profesional. "Saya ingin bermain di liga yang lebih tinggi, mungkin bisa jadi pemain profesional. Tapi, saya juga ingin terus melanjutkan pendidikan. Itu penting untuk masa depan saya," tambahnya.
Berkat dedikasi dan kerja kerasnya, Ical kini telah menjadi salah satu pilar utama tim sepak bola UMY. Tak hanya itu, ia juga menjadi inspirasi bagi teman-temannya bahwa dengan tekad dan kerja keras, impian apapun bisa dicapai. Bagi Ical, sepak bola bukan hanya tentang mengejar prestasi, tetapi juga tentang belajar banyak hal disiplin, kerjasama, dan komitmen. Ia berharap, kisahnya bisa memotivasi anak muda lain untuk mengejar impian mereka, tidak hanya di bidang olahraga, tetapi juga di dunia pendidikan. "Jangan pernah takut mencoba, dan jangan pernah ragu untuk mengejar apa yang kalian suka. Jika kita berusaha keras, pasti ada jalan," pesan Ical, mengakhiri wawancara.
Di tengah perjalanan akademik dan karir sepak bolanya yang semakin cemerlang, Ical membuktikan bahwa dengan semangat dan kerja keras, hobi bisa menjadi pintu gerbang menuju masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H