Dengan berat hati, kami meninggalkan lagoon saat malam mulai menenun permadani gelapnya di atas tanah. Perjalanan kembali ke kota menjadi tenang, masing-masing dari kami tenggelam dalam pikiran, membawa kedamaian dan ketenangan yang telah dianugerahkan Blue Lagoon. Kenangan akan air yang sejuk, angin sepoi-sepoi yang lembut, dan ikatan yang tidak terucapkan yang kami bagi selama berjam-jam itu tetap bersama kami lama setelah kami kembali ke hiruk-pikuk kota.
Blue Lagoon di Sleman lebih dari sekadar liburan akhir pekan; ini adalah sebuah perjalanan ke dunia di mana keindahan alam menjadi yang tertinggi, di mana waktu berhenti, dan di mana persahabatan diperkuat dalam keheningan bersama di tempat yang sakral. Dalam semangat “Garis Batas” karya Agustinus Wibowo, perjalanan ini bukan hanya tentang melintasi jarak fisik, tetapi juga tentang melintasi lanskap batin dari pikiran dan jiwa kita, menemukan koneksi di tempat-tempat yang paling tak terduga.
Blue Lagoon, seperti halnya batas yang dibicarakan Agustinus, adalah batas yang memisahkan kekacauan dunia luar dengan ketenangan di dalam diri, batas yang kami lewati bukan hanya untuk melarikan diri, tetapi untuk menemukan sesuatu yang lebih dalam dari diri kami sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H