Mohon tunggu...
Rifqi Salsa Fauzi
Rifqi Salsa Fauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi

Historia Magistra Vitae

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Politik dan Dakwah Sarekat Islam tahun 1916-1921

6 Juli 2023   20:43 Diperbarui: 6 Juli 2023   21:30 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       

Sarekat Islam merupakan Organisasi terbesar di masa pergerakan Nasional Indonesia serta menjadi salah  satu  organisasi Islam tertua di Indonesia yang berdiri pada akhir tahun 1911 oleh Haji Samanhudi,   seorang pengusaha batik asal Solo. Haji Samanhudi menamai organisasi ini awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Namun pada saat HOS Tjokroaminoto menjabat sebagai ketua menggantikan Haji Samanhudi, ia mengubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam pada tanggal 10 November 1912 dengan tujuan yang lebih luas.

Organisasi yang dipimpin oleh Tjokroaminoto ini memiliki tujuan untuk membangun persaudaraan serta tolong-menolong di sesama muslim untuk membangun perekonomian rakyat ke arah yang lebih baik. Tidak hanya itu, organisasi ini juga bertujuan memajukan sekolah-sekolah islam, HOS. Tjokroaminoto pernah memberikan pernyataan tentang alasan pengambilan asas agama Islam sebagai dasar dari organisasinya, dia mengatakan "Memang Sarekat Islam memakai nama agama sebagai ikatan persatuan bangsa, buat mencapai cita-cita yang sesungguhnya dan agama tidak akan jadi penghambat tujuan itu."

Pendiri Sarekat Islam pada dasarnya sudah menyadari bahwa penjajahan tidak dapat dihancurkan kecuali dengan iman dan takwa kepada Allah SWT. Oleh sebab itu umat Islam harus dipersatukan demi memelihara kehormatan dan harga diri. Umat Islam di Indonesia harus dihimpun dalam satu wadah demi memelihara dan membebaskan diri dari perbudakan Bangsa Belanda.

Tjokroaminoto tanpa ragu mendalami dan menggali nilai nilai atau asas islam yang diharapkan mampu memberi solusi atau jalan keluar untuk berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Ia Menyatakan bahwa Nilai-nilai islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Semestinya harus digali tanpa henti dengan melakukan penafsiran sehingga dapat di implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena menurutnya yang paling utama adalah bagaimana nilai islam dapat dijadikan asas dasar dalam mengapus penjajahan. Islam tidak hanya berbicara hubungan atara manusia dan tuhan, tapi lebih dari itu. Tjokroaminoto secara tegas menyatakan bahwa islam adalah agama yang membawa kedamaian dan keselamatan serta memiliki tujuan persatuan bagi manusia di Dunia ini.

Saat kolonialisme memasuki masa senjanya, peran ulama di nusantara digantikan oleh para pemimpin islam yang bergerak melalui organisasi-organisasi sosial. Beberapa di antara mereka adalah H. Abdul Karim Amrullah, Zaenuddin Labai al-Yunusi, dan tokoh-tokoh Sarekat Islam lainnya. Para pemimpin Islam itu bergerak untuk menyadarkan umat akan kemerosotan Islam dan mendorong mereka ke arah yang lebih baik. Yang mereka lakukan tidak hanya mengecam kolonialisme, tetapi juga menyembuhkan apa yang menjadi borok di internal umat islam.

Meskipun gerakan SI yang di monitori oleh Tjokroaminoto yang secara kasat mata bersifat non-politik, tapi jika dilihat dari prinsip cara kerjanya organisasi ini bisa dikatakan gerakan politik, karena dakwah-dakwah islamiah yang digencarkan juga menggunakan cara-cara mempengaruhi dan menguasai massa supaya menerima ide,konsep serta maksud tertentu.

Saat Tjokroaminoto memimpin Sarekat Islam, ia menjadikan Kota Surabaya sebagai pusat pergerakannya, tidak memerlukan lama Sarekat Islam mulai ada kemajuan dan memperoleh banyak pendukung dari seluruh Jawa. Beliau berupaya melakukan beberapa cara untuk menjadikan Sarekat Islam sebagai sebuah organisasi nasional. Tjokroaminoto pun mulai berinisiatif mengubah jalur pergerakan Sarekat Islam dari jalur ekonomi islam menjadi jalur politik. Hasil usaha dari Tjokroaminoto ini mulai terlihat ketika pada tahun 1916. Perjalanan politiknya dibagi menjadi 6 pembagian, yaitu;

  • Kongres Nasional Pertama Di Bandung

Kongres perdana ini diselenggarakan pada tanggal  17-24  Juni  tahun 1916  dan dihadiri oleh sekitar 800.000 anggota SI.Pemakaian kata "nasional" dalam kongres ini merupakan suatu usaha dari  gerakan  Sarekat Islam untuk mewujudkan penduduk  pribumi yang bisa  diberikan  hak untuk mengemukakan suaranya dalam berbagai  masalah  politik. Hal ini diungkapkan sendiri oleh Tjokroaminoto selaku Ketua dari organisasi Sarekat Islam pada saat menyampaikan pidatonya dalam kongres nasional di Bandung pada 17 Juni 1916. Adapun permasalahan yang dibahas dalam  kongres ini yaitu  usaha  pemisahan Central Sarekat Islam yang digaungkan oleh Gunawan yang juga didukung oleh Haji Samanhudi, lalu rencana pembentukan kweekschool, pembentukan Dewan Kolonial ,particuliere landerijen dan membahas masalah pertahanan Hindia Belanda.

  • Kongres Nasional Kedua Di Batavia

Kongres ini dilaksanakan pada tanggal 20 - 27 Oktober 1917 di Batavia (Jakarta). Permasalahan yang dibahas disini    yaitu   permasalahan    perkebunan    tebu,    tanah    partikelir, nasib buruh, dan masalah mengenai Volksraad (Dewan Rakyat). Namun pada saat pembicaraan ini berlangsung, banyak sekali pro kontra yang terjadi khususnya antara Abdul Muis dan Semaun. contohnya pada pembentukan Volksraad yang mendapatkan persetujuan Abdul Muis. Karena hal ini bisa  dimanfaatkan  untuk  membela  hak-hak rakyat  melalui  aksi  parlementer yang  bisa  dilakukan.  Disisi lain, Semaun  yang  menyatakan tidak  setuju  Central  Sarekat  Islam mengirimkan  perwakilannya untuk   menjadi   kandidat   dari Volksraad. Karena Semaun menganggap bahwa pembentukan Volksraad ini sebagai suatu "pertunjukan kosong" belaka. Akan tetapi pernyataan Semaun tidak didengar dan tetap berpartisipasi dalam pembentukan Volksraad dan mengirimkan kandidatnya untuk dijadikan sebagai perwakilan.

  • Kongres Nasional Ketiga di Surabaya

Kongres yang dilaksanakan pada tanggal 29 September - 6 Oktober  1918 ini dihadiri sekitar  87  cabang  Sarekat  Islam.  Pada kongres ini, permasalahan yang dibicarakan masih bersifat sosial.  Semaun dan Abdul Muis pun kembali terjadi pertentangan yang mempermasalahkan berbagai aspek seperti agama, nasionalisme dan kapitalisme. Selain itu,  dilaksanakannya  kongres  nasional Central  Sarekat  Islam  yang ketiga  ini  pun  Tjokroaminoto  diangkat  menjadi Dewan  Rakyat  (Volksraad)  sebagai  perwakilan  dari Sarekat  Islam  oleh pemerintah  pada  tanggal  23  Februari 1918. 

  • Kongres Nasional Keempat di Surabaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun