Mohon tunggu...
Rifqi Fadhlurrachman
Rifqi Fadhlurrachman Mohon Tunggu... -

International Relations UNPAS '12 / Editor @CSSJournal\r\nrifqifrakhman.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang 'Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

19 November 2012   14:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:03 2809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="antarafoto.com"][/caption]

Berbicara tentang Indonesia,Sila ke dua dalam Pancasila atau keadilan, menurut saya di negeri ini keadilan itu bukanlah sesuatu yang di anggap “fair” secara distributif atau konsumtif tapi apa yang harusnya menjadi hak seseorang yang dia berhak menerimanya seperti pendidikan. Kenapa pendidikan, amanat dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan jelas bahwa tujuan bernegara adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa” ditambah lagi dengan pasal 31 ayat (1) dan(2), tidak ada alasan lagi semua anak bangsa harus mendapatkan pendidikan yang sudah menjadi hak nya. Jadi jelas pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia bukan merupakan jasa yang harus dibayar mahal seperti sekarang ini.

Jika pendidikan dianggap sebagai jasa seakan-akan itu adalah barang mewah yang hanya orang tertentu saja yang bisa mendapatkannya, dengan adanya RUU Perguruan Tinggi peran pendidikan itu semakin jauh bergeser bukan lagi lembaga edukasi namun korporasi yang selalu menghitung untung rugi.Semakin habis saja kita di lindas oleh roda gila globalisasi

Apakah Pemerintah Memperjuangkannya?

Pemerintah pusat sedang mewacanakan tentang Wajib Belajar 12 Tahun yang rencananya akan mulai direalisasikan pada tahun 2013, Pemerintah akan menganggarkan sekitar 11 sampai 12 triliun rupiah, untuk SMA 1 juta rupiah per siswa per tahun sedangkan untuk SMK 1,2 juta rupiah per siswa per tahun. Angka itu belum final mungkin saja bisa berubah karena ma

Di Jakarta dan beberapa daerah lainnya program wajib belajar 12 tahun telah terealisasikan walaupun alokasi anggarannya tidak sebesaryang diproyeksikan pemerintah pusat untuk program ini. Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2011 telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 26,41 persen dari total APBD dan pada tahun 2012 sebesar 28,93 persen.

Yang menjadi pertanyaan apakah alokasi anggaran yang diproyeksikan oleh pemerintah pusat untuk BOSM itu cukup untuk menggratiskan atau menurunkan biaya sekolah menengah agar lebih terjangkau?. Badan Pusat Statistik pernah merilis pengeluaran orangtua untuk pendidikan menengah 2 kali lipat daripada nominal yang dianggarkan pemerintah.

Jika ini terealisasi dan anggaran yang di proyeksikan pemerintah bertambah apakah kita masih akan mendengar seorang siswa tidak di perbolehkan mengikuti ujian karena belum melunasi tunggakannya atau angka yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah akan bertambah, tugas kita adalah mengawal berjalannya program wajib belajar 12 tahun ini.

Dunia Pendidikan Indonesia Saat Ini

Hasil yang diciptakan dari pendidikan akan bergeser jika model pendidikan seperti sekarang ini yang di jadikan ladang industri terus berjalan. Sekarang telah kita rasakan dampaknya sangat menyesakan di dada, menciptakan penindas-penindas baru dengan cara korupsi. mereka orang-orang yang ramai diberitakan di media karena kasus korupsinya adalah orang-orang berpendidikan tinggi bukan orang-orang yang hidup di jalanan karena mereka mempunyai kesempatan saat menjadi menduduki jabatan.

Dalam pendidikan formal ada suatu kekeliruan akan pentingnya pendidikan, para guru sering berbicara kepada muridnya “belajar yang rajin agar kalian bisa lulus dengan nilai yang tinggi dan kerja di perusahaan bagus atau masuk perguruan tinggi yang bagus” sehingga tujuan para muridnya pun menjadi bersekolah untuk bekerja bukan untuk bersekolah dan berilmu . kenapa mereka tidak mengajarkan kepada muridnya untuk “menggunakan ilmu yang didapat selama di bangku sekolah atau perguruan tinggi di gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya,bangsa dan negara” bukankah kita adalah negeri yang percaya akan adanya Tuhan dan kebaikannya,

saya tidak menyalahkan para guru tapi jawabannya adalah kembali lagi pada esensi pendidikan yang telah bergeser karena industrialisasi dalam dunia pendidikan.

Dalam pendidikan kita hanya terpaku pada formalitas bukan efektifitas untuk memajukan negerinya, kita tidak bisa juga menyalahkan guru yang berkata seperti di atas tadi karena mereka pun adalah korban dari budaya pendidikan yang negatif.Yang harus kita pikirkan bersama adalah bagaimana cara mendobrak budaya negatif yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia sekarang karena memang bukan budaya yang sebenarnya kita miliki.

Yang Harus Kita Lakukan

Negeri ini dengan segala masalahnya apakah bisa disebut sebagai negeri yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,negara yang adil,negara yang beradab? Jawabannya ada pada hati,akal dengan melihat segala realitas yang terjadi.

Jika kita tidak menyukai semua kekacauan ini kita harus mengubahnya jangan terjebak pada keadaan tapi harus berangkat dari keadaan. Banyak orang yang terjebak pada keadaan, apolitis dan masa bodoh pada keadaan negerinya sendiri karena tak kunjung menyaksikan perubahan kearah yang lebih baik, juga dijejali segala macam pemberitaan yang negatif dari media mainstream.

saya sering menjumpai orang yang berkata “lebih nyaman hidup di masa Orde Baru dari pada sekarang atau reformasi 1998 tidak berdampak apa-apa”. Saya hanya mengingatkan Reformasi adalah berkah dari Alloh SWT yang diberikan kepada rakyat Indonesia, tidak ada yang instan untuk mendapatkan sesuatu, Negeri ini baru 14 tahun lepas dari kepemimpinan tangan besi orde baru dan kita masih berusaha untuk keluar dari pengaruhnya untuk menciptakan perubahan itu sendiri kita tidak bisa langsung meloncati proses. kita harus percaya progress yang baik akan berbuah hasil yang baik pula.

Ditengah kekacauan yang terjadi di tanah air tercinta danrasa apatisme anak muda pada keadaan bangsa ini masih banyak orang-orang yang terus memperjuangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila agar Indonesia tetap berdiri hingga saat ini.

Tugas kita sebagai pemuda untuk membawa Indonesia menjadi negeri yang memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia.Tidaklah sulit, cukup dengan membuat teman yang sedang duduk di sebelah kita untuk bangun dan ikut andil dalam menciptakan suatu perubahan. Mendobrak nilai-nilai budaya yang menyesatkanDengan partisipasi aktif, positif dan menghargai pentingnya suatu progres .

1 dikti.go.id : 16 August 2012 “Kemendikbud Garap Pendidikan Menengah Universal”

2 edukasi.kompas.com:17 Agustus 2012“Biaya Sekolah Menengah Lebih Murah”

3 Paulo Freire : “Pedagogy Of The Oppressed, 30th Anniversary Edition” (September1, 2000) Continuum Publishing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun