Mohon tunggu...
Rifqi Arif Maulana
Rifqi Arif Maulana Mohon Tunggu... Penulis - As a law student, I like to describe my thoughts in written form and discuss things that are happening around me.

Is a law student who enjoys reading books, discussing various topics such as politics, social, human rights, crime, and various other interesting social topics. By studying law, I hope that my knowledge can be useful to apply and help the community in the future. Of course, by having credibility to be trusted and experience to be shared.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Mengapa Negara Indonesia Gagal Mengalami Bonus Demografi pada Tahun 2030?

29 Juni 2021   12:19 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:25 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Bonus demografi merupakan suatu keadaan dimana di dalam suatu pemerintahan negara, terdapat surplus kelahiran yang ikut menyebabkan jumlah penduduk menjadi meningkat daripada jumlah sebelumnya secara drastis. Tentunya hal tersebut memiliki berbagai macam dampak positif seperti potensi jumlah angkatan kerja di masa depan yang melebihi orang-orang yang mulai beranjak menjadi lansia maupun telah pensiun di dalam menjalani pekerjaan sehingga apabila dapat dimanfaatkan dengan benar, negara Indonesia memiliki potensi pemberdayaan sumber daya manusia demi meningkatkan pertumbuhan serta pembangunan ekonomi.

 Pada kesempatan kali ini saya akan menguraikan mengenai alasan "Mengapa Indonesia gagal mengalami bonus geografi pada tahun 2030?" menggunakan pendekatan analisis makroekonomi. Berbagai riset, lembaga statistik, serta pencatatan administrasi rumah sakit mengalami suatu perubahan angka berujung kepada hasil negative selama masa pandemi virus Covid-19 berlangsung.

 Tingkat kelahiran dan kematian setiap hari di Indonesia memiliki presentase yang tidak terlalu jauh antar satu sama lain ketika dunia belum mengalami pandemi. Namun ketika wabah menyebar, tingkat presentase kematian yang terjadi telah mengalahkan berkali-kali lipat dari tingkat kelahiran yang terjadi diakibatkan terjangkit virus yang semakin mengganas pada setiap harinya. Di saat yang sama, Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki penduduk berlebihan yang diikuti dengan tingkat pengangguran tinggi karena sulitnya untuk mencari pekerjaan.

 Saya merupakan orang yang cukup yakin jika pandemi corona ini tidak akan berakhir dengan cepat, bahkan dalam sepuluh tahun ke depan, tingkat kematian akibat wabah virus akan terus menerus terjadi sehingga ikut mengurangi populasi manusia yang ada di bumi yang sudah terlalu sesak. Virus corona tidak mengenal muda maupun tua. Anak-anak hingga orang yang sudah berumur di atas enam puluh tahun semuanya memiliki potensi untuk terjangkit dan tewas karena virus corona.

 Sekarang kita harus mulai berani memikirkan jika menghadapi skenario terburuk di dalam pandemi ini. Apa yang akan terjadi jika terlalu banyak orang yang mati di Indonesia dan hanya menyisakan sedikit diantara mereka yang masih sanggup untuk bertahan hidup? benar, bonus demografi tidak akan pernah terjadi karena orang-orang telah mati terlebih dahulu sehingga tingkat kelahiran menjadi menurun secara drastis.

 Jika kita melihat hal ini dari segi ekonomi, sebenarnya virus pandemi ikut memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh negara Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran yang menyebar di seluruh wilayah. Ketika pengangguran menurun dan jumlah orang yang dibutuhkan untuk mengisi sebuah posisi pekerjaan tertentu kosong terlalu lama akibat kurangnya spesialis maupun sarjana yang masih hidup, maka perusahaan-perusahaan yang tersisa akan mulai meningkatkan upah para pekerja yang masih ada sehingga di saat yang sama ikut memperbaiki pendapatan perkapita masyarakat Indonesia yang berbeda jauh dengan negara maju.

 Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk ratusan jiwa sementara jumlah pekerjaan yang tersedia tidak sanggup menyerap seluruh tenaga kerja secara maksimal. Padatnya penduduk juga menimbulkan masalah lain seperti kemiskinan yang menyebabkan tingginya kriminalitas, tingkat intelektualitas dan sumber daya manusia yang rendah. Jika bonus demografi benar-benar terjadi, maka di masa depan persaingan akan menjadi semakin sulit karena terlalu banyak orang yang masih hidup berlomba-lomba untuk meningkatkan penghidupan mereka menuju strata yang lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut seakan-akan perbandingannya 1: 1.000.000. untuk mendapatkan sebuah kesempatan. Kegagalan tidaklah selamanya merupakan hal buruk. Seperti yang telah saya uraikan di atas. Kegagalan ini dapat menyelamatkan bangsa Indonesia dari penderitaan hebat yang akan muncul di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun