Mohon tunggu...
Rifqi Arif Maulana
Rifqi Arif Maulana Mohon Tunggu... Penulis - As a law student, I like to describe my thoughts in written form and discuss things that are happening around me.

Is a law student who enjoys reading books, discussing various topics such as politics, social, human rights, crime, and various other interesting social topics. By studying law, I hope that my knowledge can be useful to apply and help the community in the future. Of course, by having credibility to be trusted and experience to be shared.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pola Berpikir Pelaku Pembunuhan

19 Juni 2021   17:59 Diperbarui: 19 Juni 2021   18:39 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selalu ada motivasi tersembunyi di dalam setiap tindakan pembunuhan. Pembunuhan merupakan tindakan merenggut atau menghilangkan nyawa miliki seorang individu yang melanggar hak asasi manusia yang merupakan hak asasi, yaitu merupakan hak untuk hidup. Pada artikel kali ini, saya akan berusaha menganalisis sebuah motivasi seseorang untuk melakukan tindakan pembunuhan secara mendalam. Sementara pada artikel lainnya, saya akan tetap melakukan analisis dengan melakukan pembagian agar tetap sistematis dan tidak mengurangi substansi yang ingin saya uraikan.

1. Bentuk pelampiasan akibat tertekan oleh lingkungan sekitar.

Pada beberapa kasus pembunuhan tertentu, tidak terdapat keterkaitan antara pembunuh dan korban. Berbeda dengan latar belakang penggunaan jasa pembunuh bayaran karena setelah melakukan pengecekan, sama sekali tidak ada bukti yang mengarah kepada bukti tersebut, sebuah teori lain dapat membantu menjelaskan mengapa seseorang membunuh dengan korban acak sebagai target yang ia pilih.

Hasrat untuk ingin membunuh bukanlah merupakan sesuatu yang muncul begitu saja, namun merupakan akumulasi dari berbagai peristiwa yang menumpuk dan seakan menjadi sebuah bom waktu yang dapat meledak kapanpun juga. Selalu ada masalah yang dihadapi setiap orang di dalam hidupnya dan pada tingkat tertentu, tidak semua orang dapat menanggung beban stress maupun sesuatu yang membuatnya tertekan pada tingkat yang sama. 

Misalnya, di dalam lingkungan kerja yang buruk, seorang karyawan dibebani oleh beban kerja yang berlebihan dan seringkali mendapatkan keluhan serta makian dari bos di kantor kerja akibat performa kerja miliknya yang buruk. Kejadian tersebut berlaku selama setiap hari dan sang karyawan tidak dapat keluar dari lingkungan tersebut karena masih membutuhkan gaji untuk memenuhi kehidupannya. Otak membutuhkan sesuatu untuk melepaskan beban stress yang dibawa dan dalam hal ini orang biasanya melakukannya dengan mencari hiburan.

Hiburan bagi setiap orang merupakan sebuah hal yang subjektif. Semakin tertekan seseorang akibat pengaruh lingkungan yang berada di sekitarnya, semakin banyak hiburan yang ia butuhkan. Ketika tidak ada lagi yang dapat membuatnya puas dan mengalami kebosanan, dalam tahap ini, seseorang mulai melangkah untuk melakukan hal-hal ekstrim sehingga pembunuhan dengan korban acak dapat terjadi.

Seperti contoh yang di atas, pelaku mulai melakukan pembunuhan dengan membayangkan wajah bosnya di tempat kerja untuk memenuhi kepuasan hasratnya di dalam beban stress yang ia tanggung selama ini. Semakin banyak beban stress, pembunuhan acak dapat terjadi dengan semakin brutal.

Tentu saja di dalam hal ini, orang masih seringkali menganggap remeh tentang pentingnya pengaruh sekitar terhadap diri seseorang. Sikap-sikap yang tidak dapat dikendalikan seperti egoisme, mudah marah, tidak mudah mengungkapkan apa yang ia pikirkan, memiliki dendam tersembunyi semakin dapat memotivasi seseorang untuk dapat bertindak dengan ekstrim.

Ketika kita memikirkan mengenai korban-korban dari pembunuhan acak ini, maka kita akan dapat menyadari bahwa pembunuhan dapat terjadi dimana dan kapan saja, begitupula dengan korbannya, tidak peduli masih muda ataupun tua. Pembunuh tidak lahir dengan sendirinya, namun masyarakat lah yang menciptakannya. Tingginya hasrat untuk menjadi kompetitif membuat orang mulai menyalurkan pelampiasan dengan berbagai cara.

Bukalah matamu dan mulailah melihat menuju ke sekitar. Sikap apatis hanya akan membuatmu terkejut karena sebenarnya ada berbagai hal penting di sekitar yang seringkali luput oleh perhatian seseorang. Ketika sebuah kejadian buruk benar-benar terjadi, orang akan terlambat menyadarinya dan segala sesuatu yang telah terjadi tidak bisa diulang kembali serta dirubah begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun