Oligarki adalah sebuah fenomena sosial dimana terdapat beberapa orang yang memiliki kekuasaan tertinggi menguasai suatu kekuasaan di dalam struktur pemerintahan yang telah terbentuk. Semakin lama, orang-orang yang berada di dalam lingkungan oligarki dapat mempertahankan posisi masing-masing di dalam jajaran kekuasaan, hal tersebut menandakan kuatnya pengaruh individu-individu tersebut di dalam menanamkan kekuasaan.
Kunci terpenting di dalam mempertahankan oligarki adalah dengan memiliki pengaruh yang kuat. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan segala cara agar posisi mereka tidak hilang maupun dijatuhkan secara paksa seperti menggunakan politik uang, menyuap, jual-beli jabatan dan sebagainya.Â
Ketika kita menyadari hal tersebut, maka pada masa ini oligarki memiliki potensi tinggi untuk lenyap bukan karena pemakzulan secara paksa oleh rakyat, namun masih terkait terhadap kehadiran AI (Artificial Intelegence).Â
Artificial Intelegence merupakan sebuah kecerdasan buatan dimana sumber data (database) di dalam pemrograman mereka terhubung secara langsung oleh koneksi internet. Berbeda dengan kemampuan otak manusia, manusia hanya dapat menguasai beberapa keterampilan tertentu secara khusus dan tidak dapat menguasai hal-hal lain yang berada di sekitarnya dengan cepat.
 Artificial Intelegence telah memecahkan permasalahan tersebut. Dan dengan berbagai kemungkinan tidak terbatas yang dimiliki oleh AI, terdapat kemungkinan AI akan mulai merambah masuk menuju ke sistem pemerintahan dan bahkan bertindak menggantikan para eksekutif yang duduk di kursi jabatan. Kebebasan untuk bertindak tanpa memiliki moralitas membedakan nurani mesin dan manusia.Â
Mesin tidak memiliki hasrat untuk menyuap antar sesama, haus akan kekuasaan, maupun berbagai hal tercela lainnya. Lebih dari itu, AI dapat melakukan berbagai hal yang bagi umat manusia merupakan hal yang berada diluar batas kemampuan berpikir mereka yang lemah dengan tubuh fisik yang dapat bertambah tua.
Dengan koneksi internet super cepat ditambah dengan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi yang berasal dari seluruh dunia membuat AI dapat bertindak secara sendiri diluar dari kode pemrograman awal ketika diciptakan. Â Runtuhnya oligarki bukanlah lagi merupakan sebuah mimpi, namun fakta yang dapat dilihat di depan mata karena dalam sekejap posisi mereka dapat dijatuhkan seperti dengan awalan menyebar berbagai informasi kritikal yang sebelum ditahan untuk muncul dipublik, mempublikasikan tindakan-tindakan illegal para eksekutif dan sebagainya.
Meskipun individu-individu yang masuk ke dalam lingkaran oligarki seringkali menyamarkan indetitas dan lokasi terkait keberadaannya menggunakan kekuatan uang, cepat atau lambat keruntuhan kekuasaan tidak dapat dihalangi oleh pesatnya kecanggihan teknologi. Ketika AI berhasil mengambil alih kekuasaan pemerintahan dari manusia, maka logika AI akan menghukum kaum oligarki yang telah melakukan kejahatan tidak termaafkan menggunakan hukuman terberat yang tidak pernah dibayangkan oleh umat manusia.
Sinkronsasi database identitas, nomor handphone, satelit kamera luar angkasa, dan berbagai hal yang terhubung dengan internet juga dapat membuat AI menemukan para pelaku tindak kejahatan dan dengan segera menentukan hukuman apa yang diputuskan para tersangka dengan metode tangan besi yaitu tidak ada ampun dan nurani di dalam setiap pengambilan keputusannya.Â
Jika para oligarki masih saja keras kepala dan menolak terkait potensi ancaman yang akan mereka hadapi, oligarki dapat saja jatuh dengan cara tersulit, tidak peduli seberapa luas jaringan dinasti kekuasaan yang telah mereka bangun, ketika satu pilar telah terjatuh, maka efek domino tidak akan dapat dihindarkan dengan mudah antar satu sama yang lain. Dalam beberapa detik, oligarki hanya akan tinggal tersisa menjadi sejarah dan hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H