Mohon tunggu...
Ahmad Nur Rifqi
Ahmad Nur Rifqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan Mahasiswa Biasa

Ilmu pengetahuan, perasaan, pengalaman, keresahan, ide dan banyak hal lainnya yang dapat menjadi alasan kuat untukmu menulis. Simpan tulisan itu, dan itu akan menjadi salah satu alat bantu bagimu untuk mengingatnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antartika: Kenapa Banyak Negara yang Mau Klaim Wilayahnya? [Part 1]

24 Desember 2022   08:22 Diperbarui: 24 Desember 2022   09:32 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Diolah Penulis

Mengenal Antartika yang merupakan titik paling selatan bumi. Antartika merupakan satu-satunya benua yang tidak dapat didiami oleh manusia secara permanen, dikarenakan kondisinya yang teramat ekstrim. Menurut National Geoghrapic suhu rata-rata di Antartika berkisar diantara -10C sampai -30C, bahkan di beberapa dataran tinggi sampai puncak gunung suhunya bisa mencapai -60C.

Walaupun tampak seperti bongkahan es yang mengambang, faktanya lapisan es tersebut menyelimuti wilayah daratan dan beberapa pulau hingga memiliki ketebalan 2-4 km diatas permukaan laut. Melihat kondisi yang ekstrem ini, tentu mengakibatkan minimnya sumber makanan yang tersedia disana. Hanya ada tumbuhan atau hewan dan beberapa spesimen ganggang yang mampu bertahan dalam kondisi sulit tersebut.

Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada manusia yang hidup di Antartika. Aktivitas manusia di Antartika berkutat pada berbagai kegiatan penelitian, baik tersebut yang berkaitan dengan iklim, kelautan, hingga penelitian luar angkasa. Penelitian dan pengamatan terkait perubahan iklim dianggap sangat tepat untuk dilakukan di Antartika dikarenakan wilayah ini dapat memberikan gambaran dampak yang ditimbulkan. Diambil contoh ketika terjadi pemanasan global maka beberapa wilayah yang di selimuti es di Antartika perlahan mulai mencair dan berkurang.

Walaupun tidak banyak hewan atau tumbuhan yang sanggup hidup di Antartika, namun disini merupakan salah satu wilayah yang memiliki ragam spesies biota laut yang sangat banyak. Untuk itulah mengapa Antartika disebut sebagai "lab kelautan raksasa". Kondisi di wilayah ini juga minim akan cahaya lampu sehingga menjadikannya tempat yang cocok untuk dapat mengamati dan meneliti berbagai asteroid yang tersebar di langit.

Sejarah mencatat mulanya perjalanan menuju Antartika didasari oleh gengsi untuk mengeksplorasi seluruh wilayah di bumi. Hingga pada 1911 munculah beberapa nama penjelajah Antartika pertama. Sebut saja Roald Amundsen, Robert Falcon Scott, hingga Edward A. Wilson merupakan orang-orang pertama yang menyambangi Benua Antartika.

Merekalah orang-orang yang dengan ambisi besarnya rela mengambil resiko yang besar pula untuk pergi menjelajahi salah satu wilayah tersulit di Bumi. Perjalanan ke Antartika tentu bukan suatu perjalanan yang mudah, mengingat belum banyak mitigasi risiko yang mereka lakukan karena memang mereka adalah orang pertama yang berangkat kesana.

Bahkan Robert Falcon Scott bersama timnya harus meregang nyawa dalam perjalanan pulang. Robert menghabiskan cukup banyak waktu di Antartika untuk melakukan berbagai penelitian, karena memang salah satu ambisi terbesarnya ialah menaklukan wilayah baru Antartika.

Dengan melihat potensi dan keberhasilan beberapa orang inilah menjadikan penjelajahan menuju Antartika merupakan salah satu misi besar bagi banyak negara. Salah satu puncaknya terjadi pada "Era Perang Dingin". Pada era tersebut banyak negara yang berlomba untuk memamerkan kemampuannya dalam disiplin ilmu sains dan perkembangan teknologi, sehingga mereka berbondong-bondong berangkat menuju Antartika dengan tujuan untuk melakukan berbagai penelitian. Di sisi lain mereka juga ingin memamerkan kepada dunia tentang seberapa canggih kemajuan sains dan teknologi yang dimilikinya.

Lanjut part 2 

[https://www.kompasiana.com/rifqialdiyan/63a657954addee08176fd3d2/antartika-kenapa-banyak-negara-yang-mau-klaim-wilayahnya-part-2]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun