Mohon tunggu...
Rifqi Nur Fauzi
Rifqi Nur Fauzi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN,Prodi ILMU KOMUNIKASI,Angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Film Anak vs Sekolah

18 Desember 2014   18:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Film anak, siapa yang tidak tahu dengan film anak ? Film anak sangatlah lucu dan menghibur apalagi film itu adalah film favorit pasti anak-anak tidak mau ketinggalan dengan acara tersebut. Akan tetapi apakah banyak yang menyadari dibalik film-film yang menjadi kegemaran banyak anak-anak ? baik dari segi waktu penayangan, dan ceritanya ? Banyak film maupun kartun anak-anak yang justru tidak mendidik anak-anak dalam perkembangannya.

Banyak dalam cerita sebuah film atau kartun yang justru mengarah pada pembodohan anak dan perusakan moral anak-anak. Jika kita lebih teliti dalam menyimak film ataupun cerita yang disajikan untuk anak-anak, maka kita akan mengetahu dimana letak pembodohan itu sendiri. Contohnya saja pada cerita itu tidak mengandung unsur pendidikan seperti dalam bicara seorang tokoh kartun yang mengucapkan kata-kata yang tidakpantas didengar oleh anak-anakseperti kata-kata “bodoh”, “bego”, “goblok”, “kurangajar”. Kata-kata itu hanya segelintir dari banyaknya kata-kata yang tidak pantas didengarkan oleh anak-anak dan hal itu sangat berpengaruh bagi kesopanan anak-anak ataupun moral anak-anak karena banyak anak-anak yang berkata-kata seperti tokoh yang mereka idolakan padahal kata-kata itu tidak pantas untuk anak-anak ucapkan.

Selain itu tokoh kartun atau film yang diidolakan anak-anak tidak sesuai dengan tokoh yang pantas untuk di tiru oleh anak-anak karena pada dasarnya anak-anak hanya dapat meniru apa yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan dan juga anak-anak belum bisa selektif dengan apa yang mereka lihat, mereka dengar dan mereka rasakan. Contohnya saja sebuah tokoh kartun atau film yang mempunyai karakter seseorang yang sangat bodoh dan hanya bermalas-malasan hal itu secara tidak langsung akan ditiru oleh anak-anak dan akan berdampak pada kehidun sehari-hari anak yang setiap dinasehati orang tua hanya bisa mengeles dan bermalas-malasan dalam belajardan itu mengartikan bahwa banyak film atau kartun anak-anak yang hanya dapat merusak moraldan pola pikir anak selain itu juga ada film atau kartun yang mengandung unsur kekerasan dan juga ada artun atau film yang pada sebenarnya tidak ditujukan untuk anak-anak tapi malah dipertontonkan kepada anak-anak.

Contoh lainnya selain karakter atau tokoh film atau kartun anak-anak ada juga faktor lain yang mempengaruhi sekolah dan prestasi anak-anak dalam dunia pendidikan baik pendidikanbelajar dan ibadah. Katakan saja penayangan kartun favorit anak-anak ditayangkan pada jam-jam anak-anak berangkat sekolah. Banyak anak-anak yang telat sekolah karena mereka menonton filmkesukaannya sehingga anak-anak lupa dengan jam mereka untuk berangkat sekolah.

Ada juga penayangan film atau kartun yang ditayangkan ketika jam-jam untuk ibadah. Baik mengaji ataupun sholat bagi anak-anak yang beragama Islam. Mereka jadi enggan pergi ke tempat mengaji ataupun menunda bahkan meninggalkan ibadah hanya demi kartun dan film favorit anak-anak.

Jam penayangan lainnya yaitu ketika waktunya anak-anak untuk belajar. Hal itu menyebabkan anak-anak malas untuk belajar dan akan berpengaruh pada prestasi akademik anak-anak yang kelak mereka akan menjadi pemimpin dan penerus bangsa ini.Anak-anak yang seharusnya dididik dan diarahkan agar kelak dapat berguna dan dapat meneruskan bangsa ini justru malah dibodohi dengan hadirnya film atau kartun anak yang salah dalam penayangannya sehingga dapat merusak mental dan pola pikir anak-anak bangsa. Film atau kartun anak yang harusnya menghibur dan memberiian atau mengandung unsur pendidikan edukatif justru malah memberikan pengaruh yang buruk dan sebaiknya dalam penayangan film atau kartun anak dapat disesuakan jam-jamnya dan juga film dan kartun yang ditampilkan terdapat unsur-unsur edukatif sehingga dapat menghibur sekaligus memberikan pembelajaran sehingga tidak mempengaruhi akademik maupun sekolah anak-anak yang kelak sebagai generasi penerus bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun