Mohon tunggu...
Rifqi Titah Gemilang
Rifqi Titah Gemilang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Seorang Pidato yang Mahir: Tahapan Persiapan yang Penting

21 Mei 2024   17:37 Diperbarui: 21 Mei 2024   17:40 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dr. Syamsul Yakin dan Rifqi Titah Gemilang (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 

Menyampaikan pidato adalah sebuah seni yang bisa dipelajari. Seperti kebanyakan keterampilan, kemahiran berpidato membutuhkan latihan dan kebiasaan berbicara di depan publik. Namun, keterampilan itu sendiri tidaklah cukup. Sebuah pidato yang efektif juga harus didukung oleh pengetahuan linguistik agar diksi yang digunakan menjadi bervariasi, menarik dan estetik.

Kemampuan berpidato dan pengetahuan linguistik sangatlah penting dalam mencapai berbagai tujuan pidato, mulai dari tujuan informatif, persuasif, hingga rekreatif. Untuk mencapai semua tujuan tersebut, diperlukan persiapan yang matang.

Tahapan pertama dalam persiapan pidato adalah menentukan topik. Topik pidato merupakan inti dari pembicaraan dan seringkali dijabarkan dalam sebuah judul. Tahap berikutnya adalah menentukan tujuan pidato, apakah itu untuk memberikan informasi, mempengaruhi atau sekadar menghibur. Idealnya, sebuah pidato yang baik seharusnya mencakup ketiga tujuan tersebut, meskipun harus tetap fokus pada tujuan utamanya. Sebagai contoh, pidato seorang menteri cenderung bersifat informatif, sementara seorang politisi cenderung bersifat persuasif dan seorang artis cenderung bersifat rekreatif. Namun, dalam konteks penceramah agama, pidato harus bersifat informatif, persuasif dan rekreatif secara bersamaan.

Setelah menentukan topik dan tujuan, langkah berikutnya adalah membaca literatur terkait untuk mendukung isi pidato. Literatur yang dibaca tidak hanya terbatas pada buku, tetapi juga hasil survei, dokumen, dan sumber-sumber lainnya. Bagi penceramah agama, tahapan ini seringkali lebih panjang, dimulai dari memahami al-Qur'an, hadits Nabi, karya ulama, hingga ilmu bantu seperti ilmu sosial dan humaniora.

Tahapan selanjutnya adalah membuat kerangka pidato, dimulai dari pembukaan, isi, hingga penutup. Pembukaan sebaiknya singkat namun menarik perhatian pendengar dengan menyampaikan judul pidato secara tajam. Isi pidato harus mudah dicerna dan diingat, dengan menggunakan metode numerik atau poin-poin yang terstruktur. Penutup pidato sebaiknya memberikan jawaban singkat terhadap masalah yang diangkat dalam pidato.

Terakhir, tahapan persiapan pidato bisa disesuaikan dengan materi dan tujuan pidato, serta mempertimbangkan media dan audiens yang akan disampaikan pidato tersebut. Persiapan pidato untuk televisi akan berbeda dengan pidato untuk radio, begitu pula persiapan pidato seorang politisi akan berbeda dengan pidato seorang artis atau penceramah agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun