Mohon tunggu...
rifqi bayuapriyo
rifqi bayuapriyo Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengkritisi Keynesianisme: Evaluasi Kritis Terhadap Pendekatan Keynesian Dalam Kebijakan Ekonomi Modern

16 Desember 2024   00:06 Diperbarui: 16 Desember 2024   21:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Meskipun kebijakan fiskal ekspanfis yang diusulkan oleh Keynesianisme dapat memberikan dorongan sementara bagi perekonomian, baik di negara maju maupun negara berkembang, ada berbagai tantangan yang dapat mengurangi efektivitasnya. Peningkatan utang publik   dalam jangka panjang, masalah struktural dalam ekonomi, serta juga resiko inflasi dan efek crowding out menunjukan keterbatasan pendekatan Keynesian dalam menangani krisis ekonomi secara berkelanjutan.

Kritik terhadap kebijakan moneter keynesian juga muncul terutama terkait kebijakan moneter ekspansif yang bertujuan merangsang permintaan agregat dengan menurunkan suku bungan untuk mendorong investasi dan konsumsi. Akan tetapu seperti yang terlihat setelah krisis keuangan global terjadi di tahun 2008 dan selama pandemi COVID-19, efektivitas kebijakan ini terbatas saat suku bunga mendekati nol atau tidak bisa diturunkan lebih lanjut. Banyak negara maju beralih ke kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) untuk memperluas basis moneter dan meningkatkan likuiditas di perekonomian.

Setelah terjadinya krisis finansial di tahun 2008, kebijakan QE menjadi andalan di berbagai negara seperti Amerika serikat dan negara yang ada di eropa. Di AS juga untuk Federal Reserve melakukan beberapa putaran QE dengan membeli obligasi pemerintah dan aset keuangan lainnya untuk menurunkan suku bunga jangka panjang dan merangsang investasi. Meskipun ini berhasil menjaga likuiditas, pertumbuhan ekonomi tetap terhambat dan pengangguran tinggi bertahan selama bertahun-tahun lamanya setelah krisis, dengan tingkat pengangguran sekitar 9% pada tahun2011. Menunjukan bahwa kebijakan moneter saja tidak cukup untuk mengatasi ketidakstabilan ekonomi yang lebih dalam dan memerlukan kebijakan yang lebih menyeluruh.

Krisis utang di zona euro pasca 2008 juga menyoroti batasan kebijakan moneter keynesian. Negara seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal yang terjerat dalam krisis utang tidak bisa sepenuhnya memanfaatkan kebijakan pelonggaran kuantitatif dikarenakan terikat oleh batasan kebijakan moneter di zona euro. Meskipun ECB ( European Central Bank ) menerapkan kebijakan QE, masalah ketidakstabilan fiskal dan utang tinggi tetap saja mengahmbat negara tersebut. Ekonomi di banyak negara tetap lesu meskipun ada suntikan likuiditas yang besar dan berarti menunjukan bahwa kebijakan moneter itu sendiri dalam sistem mata uang bersama itu tidak selalu efektif tanpan keseimbangan fiskal

Tetapi ada juga contoh dimana kebijakan moneter keynesian berhasil merangsang perekonomian dalam jangka pendek. Seperti depresi besar di AS, Federal Reserve di bawah Ben Bernanke yang membantu memulihkan perekonomian setelah krisis. Meskipun pemulihan ini berlangsung sangat lama tetapi ekonomi di AS mulai tumbuh secara berkelanjutan berkat stimulus agresif tersebut.

Kebijakan moneter ekspansif juga bisa menyebabkan inflasi yang tidak terkendali yang daoat menjadi masalah serius saat perekonomian mulai pulih. Misalnya selama pandemi COVID-19 ada banyak negara termasuk Amerika Serikat yang menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang sangat ekspansif untuk mendukung ekonomi mereka. Suku bunga yang rendah, bantuan langsung kepada rumah tangga, dan pembelian sekuritas besar-besaran oleh bank sentral mendorong kenaikan harga barang dan jasa. Antara tahun 2021 dan 2022, Amerika serikat mengalami inflasi lebih dari 8% angka tertinggi dalam beberapa dekadi terakhir. Kenaikan ini mengurangi daya beli masyarakat terutama bagi mereka yang berada di lapisan ekonomi bawah dan menunjukan bagaimana kebijakan moneter yang terlalu longgar dapat memiliki dampak yang negatif jangka panjang

Meskipun kebijakan moneter Keynesian dapat memberikan dorongan ekonomi jangka pendek yang signifikan terutama dalam situasi krisis atau resesi, kebijakan ini juga memiliki batasan yang signifikan dalam menghadapi siklus ekonomi yang lebih kompleks dan berjangka panjang. Batasan ini juga menjadi semakin jelas saat suku bunga mendekati nol dan tantangan tambahan muncul ketika inflasi menjadi masalah. Sebab itu kebijakan moneter perlu dipadukan dengan kebijakan fiskal yang hati-hati dan pendekatan struktural yang lebih luas untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Salah satu kritik mendasar terhadap pendekatan keynesian adalah ketergantungannya pada intervensi pemerintah yang berlebihan. Meskipun intervensi ini efektif dalam jangka pendek sering kali menyebabkan distorsi pasar dalam jangka panjang. Di beberapa negara berkembang intervensi besar-besaran dalam bentuk subsidi energi dan harga pangan sering kali menyebabkan ketidakseimbangan fiskal. Penelitian oleh IMF tahun 2013 menunjukan bahwa subsidi ini sering kali tidak efektif dalam mencapai tujuan sosial dan lebih menguntungkan masyarakat kaya daripada masyarakat miskin

Pendekatan Keynesian juga sering dikritik karena mengabaikan pentingnya aspek sisi penawaran dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Fokus yang terlalu besar pada permintaan agregat dapat mengalihkan perhatian dari reformasi struktural serta investasi di bidang pendidikan dan teknologi, berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan tanpa terlalu bergantung pada stimulus fiskal Keyenesian. Selain itu juga pendekatan Keynesian sering kali gagal memberikan solusi untuk tantangan ekonomi struktural. Ketergantungan pada stimulus fiskal dapat menciptakan ilusi pertumbuhan ekonomi tanpa mengatasi masalah mendasar seperti kesenjangan, efesiensi pasar tenaga kerja, dan daya saing global yang meningkat.

Meskipun aliran Keynesian telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami pentingnya kebijakan pemerintah untuk mengendalikan fluktuasi ekonomi, pendekatan ini juga menghadapi kritik yang valid terkait asumsi teoritis, efektivitas langkah-langkah praktis, dan dampak jangka panjangnya. Secara teori, pendekatan ini sering dianggap mengabaikan peran sisi penawaran dan cenderung terlalu optimis tentang dampak intervensi pemerintah. Secara empiris, efektivitas kebijakan fiskal dan moneter Keynesian sering kali terganggu oleh masalah seperti crowding out, meningkatkan utang publik dan inflasi.

Kritik-kritik ini menkankan pentingnya mengintegrasikan berbagai pandangan ekonomi untuk mengembangkan kebijakan yang lebih komperhensif dan efektif. Di tengah kompleksitas dunia saat ini, kita harus terus mengevaluasi dan menyesuaikan pendekatan Keynesian untuk menghadapi tantangan perekonomian yang dinamis. Maka, kombinasi langkah-langkah reformasi fiskal, moneter, dan struktural mungkin merupakan cara terbaik untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun