Mohon tunggu...
Rifqhi Javanda
Rifqhi Javanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ekonomi Universitas Airlangga

Saya, Rifqhi Javanda Pratama, mahasiswa S1 jurusan Ekonomi Islam di Universitas Airlangga (Unair). Saya berasal dari Papua dan merupakan alumni SMA Al Izzah Batu. Saat ini, saya aktif sebagai staf di Kementerian Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Keren dan Efektif: Membahas Fenomena Keminggrisan dalam Bahasa Gaul Generasi Muda

8 Juni 2024   10:55 Diperbarui: 8 Juni 2024   10:58 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Jopwell dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-dekat-tembok-2422290/ Input sumber gambar

keminggrisan sebagai bahasa gaul yang marak digunakan akhir-akhir ini melahirkan trend baru dikalangan anak muda generasi sekarang.  Menurut Nurhasanah (dalam Nabila dkk: 2022) Bahasa gaul adalah gaya bahasa yang merupakan perkembangan atau modifikasi dari berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia sehingga bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya bahasa yang pasti.keminggris  adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kegiatan berbahasa dengan menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris atau mencampurkan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Kegiatan berbahasa ini berwujud interaksi komunikasi dengan menggabungkan kata atau istilah bahasa Inggris ke dalam kalimat berbahasa Indonesia dengan menempatkan kosakata Inggris tersebut selayaknya bahasa Indonesia yang telah diketahui khalayak ramai. Fenomena ini dapat ditemui baik dalam ragam lisan maupun tulisan. gaya keminggrisan ini dianggap dapat meningkatkan citra terhadap pandangan orang lain bagi penuturnya.

para penutur dianggap lebih keren, lebih pintar, lebih gaul, dan berintelektual dibandingkan dengan orang lain yang menggunakan bahasa indonesia saja. sehingga memberikan perasaan diakui oleh lawan bicaranya. contoh saja di ibukota, keminggrisan ini sudah menjadi hal lazim dalam hal memenuhi kebutuhan sosial. Penggunaan kata "Literally", "Which is", "even", dan kata lainnya mereka gunakan hampir di setiap kalimat ketika berbicara. Tidak hanya secara verbal, penggunaan keminggrisan ini juga sering digunakan di media sosial sebagai komunikasi dengan jangkauan yang lebih luas.

Daryono dalam bukunya yang berjudul "Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira" berpendapat bahwa kadang ada beberapa istilah yang membuat kita merasa "harus" menginggriskan, demi pertimbangan kesan ilmiah atau hal-hal tertentu". Hal ini memberikan pandangan lain terhadap fenomena keminggrisan justru digunakan dengan catatan harus sesuai porsinya.

di sisi lain keminggrisan ini memberikan dampak positif juga bagi para penuturnya,dengan mencampuradukkan bahasa indonesia dan inggris tentu para penutur semakin paham dengan bahasa inggris dan memudahkan penutur untuk mendapatkan informasi. bahasa inggris juga dapat meningkatkan sumber daya manusia. dengan bahasa inggris juga dapat membantu mengikuti perkembangan teknologi di era globalisasi yang sangat cepat, nantinya juga mampu meningkatkan aspek sosial dan dapat bersaing di kancah internasional terutama komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

kesimpulannya Keminggrisan bukanlah hal yang salah dalam berbahasa, karena sejatinya berbahasa merupakan kebebasan bagi para penuturnya. Hanya saja, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, menentukan lawan bicara yang sesuai sehingga menghasilkan efektivitas berbahasa agar tujuan dari komunikasi tersebut sampai, bukan hanya agar dianggap keren semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun