Bagi banyak orang, staycation ialah cara yang mudah untuk "berlibur" dan bersantai tanpa harus menghabiskan banyak waktu dan uang. Tetapi, di era media sosial saat ini ada suatu dorongan besar agar bisa tampil eksis dan membagikan pengalaman liburan. Akibatnya, staycation cenderung lebih menunjukkan momen-momen liburan di media sosial dari pada benar-benar ia menikmati waktu beristirahat. Seperti Mengunggah foto kamar hotel mewah atau menikmati makan malam di restoran terkenal menjadi tujuan utama tidak lagi sekadar bersantai atau mengisi ulang energi.
Tren ini juga didorong dengan keinginan untuk tetap terlihat "kekinian" dan mengikuti gaya hidup yang dianggap modern. Banyak orang merasa terdorong ikut melakukan arus trend tersebut dan demi mendapatkan pengakuan dari orang lain. Tanpa disadari, tekanan sosial ini menjadikan orang yang melakukan staycation bukan karena mereka benar-benar membutuhkan waktu untuk bersantai, melainkan karena takut tertinggal tren.
Meskipun begitu, bukan berarti staycation tidak memiliki manfaat. Tetapi ada nilai positif dalam menghabiskan waktu di tempat lokal untuk menjauh sejenak dari rutinitas harian, walaupun hanya sekedar untuk akhir pekan. Namun, jika tujuan utamanya ialah hanya sekedar tampil di media sosial atau mengikuti gaya hidup yang sedang tren, esensi staycation sebagai sarana relaksasi dan menikmati momen bisa hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H