Mohon tunggu...
Muhamad Rifky Fauzy
Muhamad Rifky Fauzy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Hobi Menonton film dan bermain gitar

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perjalanan ke Baduy : Melelahkan Namun Mengagumkan

11 Desember 2024   13:41 Diperbarui: 11 Desember 2024   13:41 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Perjalanan ke Baduy adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan dalam hidup saya. Sebagai seseorang yang lahir dan besar di Pandeglang, saya selalu mendengar cerita tentang keindahan suku Baduy dan kehidupan mereka yang begitu alami dan jauh dari modernisasi. Namun, baru-baru ini saya memiliki kesempatan untuk merasakannya sendiri.

Perjalanan dimulai dari desa Cikeusik, tempat asal saya, menuju desa Ciboleger, gerbang utama menuju kawasan Baduy. Bersama teman-teman, kami mempersiapkan fisik dan mental untuk menempuh jalur panjang yang penuh tantangan. Setelah meninggalkan kendaraan, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang berkelok-kelok, menanjak, dan terkadang licin akibat hujan. Tas berat di punggung dan teriknya matahari menambah tantangan perjalanan. Namun, setiap langkah membawa kami lebih dekat ke tujuan, dan semangat kami tetap terjaga.

Saat tiba di perkampungan Baduy Luar, kami disambut dengan suasana yang begitu damai. Rumah-rumah tradisional yang terbuat dari anyaman bambu dan atap ijuk berdiri kokoh di antara rimbunnya pepohonan. Penduduknya ramah, dengan senyum yang tulus menyambut para tamu. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Baduy Dalam, tempat suku Baduy yang lebih tertutup tinggal.

Baduy Dalam adalah dunia yang benar-benar berbeda. Tidak ada listrik, teknologi, atau barang modern di sini. Semua aktivitas dilakukan secara manual, dan penduduknya sangat menjaga kelestarian alam. Mereka hidup selaras dengan alam, mematuhi aturan adat yang ketat, seperti larangan menggunakan sabun di sungai dan larangan menebang pohon sembarangan. Pemandangan alam di Baduy Dalam sangat memukau: hutan hijau yang lebat, aliran sungai yang jernih, dan udara yang begitu segar.

Di sana, saya juga melihat sebuah pemandangan yang begitu menginspirasi: warga Baduy bergotong royong membangun sebuah rumah. Mereka bekerja sama dengan semangat kekeluargaan yang tinggi, tanpa saling mengeluh. Bahan-bahan yang digunakan pun semuanya berasal dari alam, seperti bambu, kayu, dan daun ijuk. Setiap orang memiliki perannya masing-masing, mulai dari yang memotong bambu, merakit kerangka, hingga memasang atap. Mereka melakukannya dengan penuh keahlian, tanpa bantuan teknologi modern. Saya melihat bagaimana gotong royong bukan hanya menjadi tradisi, tetapi juga wujud nyata dari nilai kebersamaan yang begitu kuat.

Suku Baduy juga memiliki kepercayaan yang unik dan menjadi dasar kehidupan mereka. Mereka menganut ajaran Sunda Wiwitan, kepercayaan lokal yang berakar pada penghormatan terhadap alam dan leluhur. Dalam kepercayaan ini, mereka percaya bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam, mengikuti aturan adat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ritual-ritual keagamaan mereka dilakukan di tempat-tempat yang dianggap suci, seperti di Gunung Kendeng yang mereka anggap sebagai pusat spiritual.

Penduduk Baduy juga memiliki pandangan yang sangat menghargai kesucian hidup sederhana. Mereka menolak segala bentuk modernisasi yang dianggap dapat merusak keseimbangan alam dan adat. Larangan menggunakan teknologi, seperti kendaraan bermotor atau alat elektronik, merupakan bagian dari keyakinan mereka untuk menjaga kehidupan yang murni.

Meski perjalanan ini melelahkan, rasa lelah itu sirna seketika saat melihat keindahan alam, budaya, dan kepercayaan suku Baduy. Saya merasa seperti menemukan dunia yang berbeda, di mana kehidupan berjalan lebih lambat dan manusia benar-benar menghargai alam, tradisi leluhur, serta kebersamaan antarwarga. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan saya, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai tentang kesederhanaan, harmoni, penghormatan terhadap lingkungan, dan kekuatan gotong royong.

Perjalanan ini adalah pengingat bahwa keindahan sejati tidak selalu mudah dijangkau. Butuh perjuangan untuk mencapainya, tetapi hasilnya selalu sepadan. Bagi saya, Baduy adalah cermin kebijaksanaan lokal yang patut kita jaga dan lestarikan. Kepercayaan, tradisi, serta rasa kebersamaan mereka menjadi pelajaran berharga bagi dunia modern yang sering kali melupakan pentingnya hubungan dengan alam, spiritualitas, dan sesama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun