Pada Rabu, 23 Oktober 2024, mahasiswa semester 3 Program Studi Manajemen Dakwah kelas A, B, C, dan D mengikuti kuliah bersama untuk mata kuliah Filsafat Dakwah dengan materi berjudul "Konteks Sosial dan Kultural". Dalam sesi ini, mahasiswa diajak mendalami berbagai aspek penting terkait konteks sosial dan budaya dalam dakwah. Diskusi dimulai dengan memahami definisi dasar dari konteks sosial dan budaya serta bagaimana kedua elemen ini dapat mempengaruhi pelaksanaan dakwah. Selanjutnya, perkuliahan berfokus pada aspek-aspek sosial dan kultural yang berdampak langsung terhadap metode serta strategi dakwah. Di akhir diskusi, para mahasiswa diajak untuk menganalisis konteks sosial dalam perspektif keilmuan dakwah dan memahami peran utamanya dalam merancang strategi dakwah yang efektif dan relevan di masyarakat.
Pengaruh Konteks Sosial dan Budaya Terhadap Dakwah
Berbagai aspek sosial dan budaya mempengaruhi cara masyarakat menerima dan menanggapi pesan keagamaan, konteks sosial dan budaya memainkan peran penting dalam dakwah. Dalam konteks sosial, struktur masyarakat seperti hierarki sosial, nilai, norma, dan dinamika perubahan sosial adalah beberapa elemen penting yang memengaruhi proses dakwah. Misalnya, struktur masyarakat menentukan siapa yang mendengarkan dan siapa yang menjadi pendakwah. Struktur juga menentukan bagaimana pesan diterima sesuai dengan prinsip dan kebiasaan yang berlaku. Selain itu, pendakwah harus menyesuaikan diri dengan dinamika sosial seperti perubahan sosial dan urbanisasi agar pesan mereka tetap relevan.
Norma, nilai, bahasa, simbol, dan praktik yang berkembang dalam masyarakat disebut sebagai konteks budaya. Pemahaman tentang budaya lokal sangat penting dalam dakwah. Penggunaan bahasa lokal atau simbol-simbol budaya, misalnya, dapat membantu orang lebih memahami dan menerima pesan. Seni pertunjukan dan musik tradisional, misalnya, dapat menjadi alat dakwah yang efektif karena lebih menarik dan mudah diterima oleh khalayak.
Selain itu, dakwah dipengaruhi oleh berbagai elemen sosial dan budaya, seperti kelas sosial, status ekonomi, kepercayaan, dan keadaan politik. Kebutuhan dan penerimaan pesan dakwah beragam karena perbedaan kelas sosial dan ekonomi masyarakat. Sebaliknya, keberhasilan dakwah dipengaruhi oleh stabilitas politik, dukungan atau batasan dari pemerintah, dan kepercayaan lokal. Dakwah dapat menjadi lebih relevan dan mudah dipahami jika digabungkan dengan tradisi lokal, penggunaan bahasa yang familiar, dan simbol budaya yang dikenal.
Media sosial dan media lokal menjadi alat yang efektif untuk dakwah di era internet. Pendakwah harus menggunakan platform ini dengan tepat agar pesan mereka tersampaikan secara luas dan sesuai konteks sosial dan budaya. Karena perubahan sosial terjadi dengan cepat, pendakwah juga harus tetap fleksibel untuk tetap relevan dengan masyarakat yang terus berubah.
Analisis Konteks Sosial dari Perspektif Keilmuan DakwahÂ
Tujuan dakwah Islam adalah untuk meningkatkan kehidupan manusia dengan prinsip tawhid, akhlak mulia, dan kesejahteraan sosial. Untuk mencapai tujuan ini, pendakwah harus memahami konteks sosial masyarakat di mana dakwah dilakukan, yang mencakup hal-hal seperti populasi, budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan. Memahami konteks sosial akan membantu dalam menentukan metode dakwah yang efektif, termasuk cara berkomunikasi, bahasa yang digunakan, dan media yang tepat. Hasanudin menekankan bahwa dakwah yang mengabaikan konteks sosial seringkali tidak diterima karena tidak relevan dengan tuntutan masyarakat.
Penerimaan dakwah juga dipengaruhi oleh budaya lokal. Agar pesan dakwah dapat diterima tanpa hambatan, dai menggunakan prinsip dan tradisi lokal sebagai acuan. Misalnya, pendekatan dakwah harus disesuaikan dengan masyarakat religius tradisional dan masyarakat sekuler modern. Untuk mencegah konflik dan kesalahpahaman, Abu-Rabi' menekankan pentingnya adaptasi budaya dalam dakwah.
Dakwah kontemporer menghadapi masalah sosial seperti kemiskinan. Dakwah harus tidak hanya memberikan ajaran agama kepada orang-orang yang miskin, tetapi juga menawarkan solusi ekonomi sesuai dengan ajaran Islam, seperti zakat, infak, dan sedekah, untuk mengatasi ketidakadilan sosial. Selain itu, globalisasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi dakwah; media sosial, televisi, dan internet sangat penting untuk menyebarkan pesan dakwah. Agar pesan dakwah tidak disalahartikan, Nasruddin menyoroti bahwa penggunaan media massa harus disertai dengan pengawasan keakuratan informasi.
Metodologi dakwah yang persuasif dan partisipatif menjadi penting untuk menghadapi konteks sosial yang beragam. Pendekatan partisipatif melibatkan masyarakat secara aktif dalam menjalankan nilai-nilai agama, sementara dakwah persuasif berusaha menyampaikan pesan dengan cara yang menarik. Di era modern, teknologi seperti media sosial, aplikasi ponsel, podcast, dan video memungkinkan dai untuk menyebarkan dakwah dengan lebih luas. Namun, untuk memastikan bahwa pesan dakwah tersampaikan dengan tepat dan relevan, dai harus menguasai media ini.
Kesimpulannya konteks sosial dan budaya mempengaruhi cara masyarakat menerima pesan agama, konteks ini sangat penting untuk keberhasilan dakwah. Pendakwah dapat menyampaikan pesan secara relevan dan menarik dengan memahami struktur sosial, nilai, dan norma, serta komponen budaya seperti bahasa dan simbol lokal. Untuk dakwah tetap efektif di era kontemporer, pendekatan yang adaptif terhadap perubahan sosial, urbanisasi, dan teknologi juga diperlukan. Pendakwa harus bijak menggunakan media sosial dan media lokal untuk memperluas dakwah dan menyelesaikan masalah sosial seperti kemiskinan dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah dapat menjadi lebih berkelanjutan dalam membimbing masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik sesuai dengan prinsip Islam dengan menggunakan pendekatan persuasif dan partisipatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H