Perkenalkan saya Rifky, seorang mahasiswa pariwisata semester akhir. Sebagai seorang mahasiswa pariwisata, saya bukan orang yang cukup suka melakukan perjalanan wisata. Selain menjadi mahasiswa saya juga memiliki kesibukan lain dalam hal mencari uang, oleh karena itu berwisata bukan suatu hal yang saya perlukan. Alih-alih untuk berwisata, jika ada waktu lebih, saya manfaatkan untuk istirahat. Tetapi pada akhir Mei 2021 saya diajak oleh kakak saya untuk melakukan perjalanan wisata ke Pulau Dewata bersama tim perusahaan tempatnya bekerja. Seperti biasa, saya selalu menolak ajakan tersebut selain karena saya rasa akan menjadi perjalanan yang capek, pada saat itu tanggung jawab pekerjaan saya juga cukup padat. Meski begitu, kakak saya selalu membujuk untuk ikut, toh juga gratis. Dengan pertimbangan ini dan itu, akhirnya saya putuskan untuk ikut serta dalam perjalanan wisata tersebut. Beberapa persiapan saya lakukan dari mempercepat produksi pekerjaan saya sehingga ketika saya tinggal tidak ada tanggung jawab yang saya bebankan ke orang rumah. Tidak lupa test covid mengingat saat itu masih dalam kondisi pandemi. Lebih spesifik sebelum gelombang dua menyerah bangsa ini. Pada akhirnya, hari keberangkatan perjalanan tersebut tiba. 27 Mei 2021.
Malam itu saya berangkat. Bersama rombongan, satu bus dan dua mobil kami memulai perjalanan serta tak lupa berpamitan dengan orang rumah agar selamat sampai tujuan. Tidak ada yang spesial di perjalanan kami, hanya cukup dibuat berputar-putar setelah turun dari tol paling timur pulau jawa yaitu di Probolinggo karena terdapat jembatan yang sedang direnovasi. Kami juga menyempatkan untuk istirahat di pantai pesisir Kabupaten Situbondo. Kami sarapan, dan istirahat sebentar sebelum masuk pelabuhan. Hingga pada siangnya kami sudah sampai di pelabuhan dan tepat sekitar jam 2 kami telah sampai di Pulau Bali. Sorenya kami telah sampai di homestay tempat kami menginap. Karena pandemi saat itu banyak penginapan yang memasang harga murah untuk tiap kamarnya. Kamar yang kami tinggali hanya dibandrol 250/harinya. Untuk homestay di kawasan pesisir Pantai Sanur dan dengan fasilias lengkap kamar tersebut bisa dibilang murah. Setelah bersih-bersih kami memutuskan untuk beristirahat meski sebagian memilih untuk beristirahat dengan caranya sendiri yaitu meminum spirit water. Hari pertama kami lalui dengan cukup biasa bahkan cenderung capek seperti perjalanan jauh biasanya tetapi tanpa mengunjungi atraksi wisata seperti perjalanan wisata saat SMP/SMA.
Di pagi hari berikutnya , saya diajak oleh orang kepercayaan di perusahaan tersebut untuk membantu mengkoordinir tim selama berwisata di Pulai Seribu Pura ini. Alangkah terkejutnya saya ketika mengetahui jika perjalanan wisata ke Bali yang melibatkan 35 orang ini dilakukan tanpa perencanaan sama sekali. Persiapan yang dilakukan hanya sekadar booking penginapan di Sanur dan Ubud. Tambah kaget saya ketika mengetahui lama perjalanan wisata kami yaitu tujuh hari. Untuk orang yang jarang berwisata, itu adalah waktu yang sangat-sangat lama. Bukan senang yang di dapat tetapi malah bosan yang datang. Terpaksa saya bantu beliau dalam mengkoordinir perjalanan wisata tanpa arah ini. Di pagi itu kami berencana untuk mengunjungi Bali Safari and Marine Park. Sebelum rombongan pergi kesana, kami berdua berinisiatif untuk pergi kesana terlebih dahulu. Jaga-jaga jika ternyata ada pembatasan atau perlu booking terlebih dahulu. Sesampainya disana kami berbicara dengan marketing manajer untuk urusan tersebut. Setelah obrolan kami selesai, kami di beri semacam nomor antrian.
Dengan bingung kami tanyakan apa fungsi kartu ini. Beliau menjawab, itu untuk mengambil susuk. Susuk adalah kata lain dari fee di Bali. Mendengar jika mereka memberikan fee bagi orang yang membawa rombongan ke atraksi mereka, membuat saya bersemangat. Saya tidak lagi melihat perjalanan wisata kali sebagai layaknya berwisata bahkan cenderung hal yang membosankan tetapi menjadi tempat saya untuk belajar dan mencari pengalaman baru dalam “mencari uang”. Namun di hari tersebut belum keberuntungan kami karena rombongan baru mulai perjalanan pukul dua, sedangkan Bali Safari and Marine Park tutup pukul empat. Akhirnya kami memutuskan untuk ke Pantai Kuta saja dan mengganti Bali Safari ke hari berikutnya. Hari kedua saya lalui dengan perasaan senang, penasaran, dan kesal karena perlu mengatur ulang rencana awal.
Di hari berikutnya kami jadi mengunjungi Bali Safari dan Marine Park. Kami lalui dengan menyenangkan dan tak terasa jika kami disana hingga pukul tiga sore. Setelah mengantar rombongan untuk pulang, saya hendak mampir ke tempat mencairkan fee saya. Sial, tempat tersebut sudah tutup, sehingga saya harus datang di hari berikutnya. Tidak apa-apa, perlu kesabaran dalam mencari rezeki. Siang di hari setelahnya saya memutuskan untuk pergi mengambil fee saya. Sesampainya disana dan mengajukan kartu tersebut, saya dibuat kaget. Jumlah fee yang kami terima melebihi ekspektasi. Kami berdua hanya membayangkan jika nominal yang akan kami dapat hanya sebesar 500rb saja, tetapi yang kami terima hampir tiga kalinya. Karena ini rezeki berdua, kami sepakat untuk membaginya. Hari ketiga dan keempat dilalui dengan menyenangkan, tidak hanya mendapat cuan tetapi juga pengalaman dan pelajaran.
Tepat di hari kelima kami pindah penginapan dari Sanur ke Ubud. Di hari kelima itu juga kami berencana untuk mengunjungi Toya Devasya di hari keenam, yaitu pemandian air panas dengan pemandangan Gunung Batur di Kintamani. Tak lupa belajar dari pengalaman tersebut saya mencoba untuk menghubungi marketing manajer disana dan mengutarakan jika saya hendak membawa rombongan kesana. Lebih baik dari sebelumnya, semua sudah siap dan berjalan seperti yang direncanakan, hingga di hari keenam kami berwisata di daerah tersebut. Sesampainya disana saya langsung mengkoordinir rombongan yang masuk karena rute menuju daerah tersebut dari Pasar Kintamani cukup curam sehingga perlu dijemput satu per satu dengan mobil. Setelah selesai dengan urusan tersebut, saya menemui kasir guna mencairkan fee saya. Tetapi terdapat kesalahan, sehingga saya saat itu belum mendapat fee. Namun tidak menyerah, saya komunikasikan dengan marketing manajernya, sehingga saya berhasil mendapat fee dari tempat tersebut. Tidak sebanyak tempat pertama, tetapi cukup banyak bagi saya. Setelah selesai, saya beserta rombongan kembali ke penginapan dan hari keenam saya lalui dengan rasa senang karena bisa kegiatan berwisata berjalan sesuai rencana dan semua senang.
Di hari terakhir, kami memutuskan untuk kembali pulang Jogja. Namun sebelum pulang, tidak lengkap jika kami tidak membeli oleh-oleh terlebih dahulu. Karena mendengar desas desus jika tempat oleh-oleh juga merupakan sumber rezeki bagi pembawa rombongan, saya mencoba peruntungan dengan mengontak supervisor salah satu toko oleh-oleh terbesar di daerah Kuta. Sekadar informasi, nomor orang-orang penting ini saya dapat setelah rencana perjalan (itinerary) dibuat. Setelah dibuat saya mencari kontak-kontak tersebut di internet, website resmi mereka, dan mendatangi lokasinya langsung. Setelah memiliki kesepakatan dengan supervisor, kami siap untuk berbelanja di tokonya. Kesepakatan perlu dibuat agar semua anggota rombongan dapat dikelompokan dan tercatat besar uang yang mereka belanjakan. Setelah rombongan selesai berbelanja, saya memasuki ruang kecil melewati lorong-lorong dengan suasana cukup seram untuk mengambil fee saya. Dan yak, fee sudah ditangan. Karena senang, tak lupa saya bagikan hasil fee dari toko tersebut ke sopir dan kondektur bus rombongan kami. Setelah selesai membeli oleh-oleh, kami lanjutkan perjalanan pulang kami ke Jogja. Hari ketujuh dan kedelapan dilalui dengan menyenangkan meski ketika dalam perjalanan pulang kali ini masih sama seperti perjalanan ketika berangkat, tidak ada yang baru dan cenderung melelahkan. Hingga akhirnya kami sampai di Jogja dengan selamat.
Itulah sekilas pengalaman saya seorang mahasiswa pariwisata yang jarang berwisata. Mengawali perjalanan dengan rasa bosan karena bayang-bayang tujuh hari di tempat orang lain mau melakukan apa. Hingga akhirnya menemukan keseruan yaitu belajar menjadi travel agent dadakan dan tour leader dalam waktu sekaligus. Bali yang saat itu panas tidak menjadi penghalau bagi saya untuk mencari tempat dan kenalan baru. Suatu pengalaman baru yang menyenangkan karena tidak hanya mendapat uang tetapi juga kenalan-kenalan, kontak-kontak, dan gambaran jika di lain waktu saya mendapat kesempatan lagi membawa rombongan ke Pulau Dewata. Bagi saya inilah pariwisata, karena sejatinya berwisata adalah mencari pengalaman baru dengan rasa puas dan senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H