Memaksimalkan Kontribusi Teoretis dalam Penelitian Ekonomi Sistem Informasi
Kontribusi teoretis dalam penelitian empiris seringkali menjadi elemen kunci yang menentukan kualitas dan nilai sebuah penelitian akademik, terutama dalam disiplin ilmu sistem informasi dan ekonomi. Artikel karya Anandasivam Gopal, Pei-yu Chen, Wonseok Oh, Sean Xin Xu, dan Suprateek Sarker yang diterbitkan dalam Information Systems Research (2024) bertajuk On Crafting Effective Theoretical Contributions for Empirical Papers in Economics of Information Systems: Some Editorial Reflections memberikan pandangan yang komprehensif tentang bagaimana kontribusi teoretis dapat dibentuk secara efektif dalam penelitian ekonomi sistem informasi (Econ-IS). Mengingat semakin meningkatnya tuntutan akademik terhadap penelitian dengan kontribusi teoretis yang kuat, artikel ini berusaha menjawab beberapa pertanyaan mendasar yang dihadapi oleh peneliti muda dan peninjau naskah.
Menurut data dari artikel tersebut, sebanyak 60% dari makalah yang ditolak dalam jurnal Information Systems Research mengalami masalah pada aspek kontribusi teoretis mereka (Gopal et al., 2024). Hal ini menunjukkan betapa krusialnya memahami ekspektasi dan standar dalam hal ini. Penulis artikel ini memberikan panduan praktis mengenai cara menyusun kontribusi teoretis yang dapat diterima oleh komunitas akademik. Mereka menguraikan taksonomi kontribusi teoretis yang umum diterima, seperti validasi, augmentasi, perluasan, dan sintesis.
Selain itu, Gopal dan rekan-rekannya juga mengidentifikasi adanya kesenjangan persepsi antara peneliti dan peninjau mengenai apa yang dianggap sebagai kontribusi teoretis yang valid. Dalam konteks penelitian ekonomi sistem informasi, teori tidak hanya berfungsi untuk menjelaskan hubungan antara variabel, tetapi juga untuk memberikan kerangka kerja yang koheren dan dapat diuji dalam penelitian empiris. Sayangnya, dalam praktiknya, banyak peneliti yang tergelincir dalam mencoba mematuhi harapan yang kadang terlalu tinggi dan kurang jelas dalam proses tinjauan.
Dalam konteks penelitian ekonomi sistem informasi (Econ-IS), kontribusi teoretis sering kali menjadi sumber tantangan terbesar bagi peneliti. Berdasarkan refleksi editorial dari Anandasivam Gopal dan koleganya, sekitar 45% dari makalah yang ditolak oleh Information Systems Research adalah karena kekurangan dalam "narasi teoretis yang koheren" (Gopal et al., 2024). Narasi ini mengacu pada bagaimana peneliti membingkai penelitian mereka dalam kerangka teori yang relevan dengan subjek penelitian. Artikel ini menyoroti pentingnya menemukan teori yang tepat untuk memandu dan memaknai hasil penelitian, sehingga penelitian tidak hanya menjadi kumpulan data empiris tanpa arah teoretis yang jelas.
Salah satu kesalahan yang sering terjadi, seperti yang diidentifikasi dalam artikel tersebut, adalah penggunaan teori dari berbagai disiplin ilmu tanpa mengintegrasikannya secara baik. Dalam Econ-IS, peneliti sering kali meminjam teori dari ekonomi, sosiologi, hingga psikologi, namun gagal untuk menyatukan teori-teori ini menjadi narasi yang koheren. Gopal dan timnya menekankan bahwa teori harus berfungsi sebagai kerangka kerja yang solid dan bukan sekadar tempelan dalam penelitian. Bahkan dalam penelitian empiris yang kuat sekalipun, tanpa landasan teoretis yang jelas, penelitian tersebut sering kali dianggap kurang berkontribusi pada literatur ilmiah yang lebih luas.
Di sisi lain, peneliti juga sering menghadapi dilema antara mengikuti tren empiris terbaru dan memberikan kontribusi teoretis yang signifikan. Di era di mana data besar (big data) dan metode kuantitatif canggih seperti pembelajaran mesin mendominasi penelitian, banyak peneliti yang merasa terjebak antara fokus pada hasil empiris dan pengembangan teori yang mendalam. Artikel Gopal et al. (2024) memberikan contoh konkret tentang bagaimana beberapa penelitian validasi---yang hanya menguji teori yang sudah ada di konteks baru---dapat tetap memiliki kontribusi yang signifikan selama teori tersebut diuji dalam kondisi yang relevan dengan temuan empiris terbaru.
Taksonomi yang diusulkan oleh Gopal et al. mengklasifikasikan empat jenis kontribusi teoretis: validasi, augmentasi, perluasan, dan sintesis. Di antara keempat jenis ini, validasi dianggap sebagai kontribusi paling mendasar namun tetap signifikan. Sebagai contoh, artikel ini menyebutkan bagaimana penelitian mengenai ride-sharing (misalnya, Uber) yang menggunakan teori aktivitas rutin (routine activity theory) dari kriminologi, berhasil memvalidasi bahwa peningkatan transportasi publik dapat mengurangi angka kejahatan seksual di kota-kota besar (Gopal et al., 2024). Penelitian seperti ini memvalidasi teori yang sudah ada dengan data baru, yang pada akhirnya memperkuat relevansi teori dalam konteks yang lebih luas.
Selain validasi, augmentasi juga merupakan cara penting untuk memperdalam teori yang ada. Ini dapat dilakukan dengan menambahkan variabel mediasi atau moderasi untuk menguji bagaimana hubungan antara variabel bisa berubah dalam konteks yang berbeda. Misalnya, penelitian dalam bidang perilaku pengguna media sosial sering kali menggunakan augmentasi dengan memperkenalkan faktor-faktor baru yang memperkuat atau memperlemah hubungan yang sudah ada antara variabel perilaku pengguna dengan hasil ekonomi.
Pada intinya, Gopal et al. menekankan bahwa peneliti harus memastikan bahwa kontribusi teoretis mereka tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada praktik nyata di bidang sistem informasi. Penelitian yang kuat dalam Econ-IS tidak hanya melibatkan pengembangan teori, tetapi juga memberikan kontribusi nyata pada masalah-masalah dunia nyata, seperti pengambilan keputusan bisnis berbasis teknologi, pengelolaan risiko digital, dan inovasi ekonomi digital.
Artikel Anandasivam Gopal dan koleganya menyoroti peran penting kontribusi teoretis dalam penelitian empiris di bidang Ekonomi Sistem Informasi (Econ-IS). Dengan persentase penolakan makalah mencapai 60% akibat kelemahan dalam aspek teoretis (Gopal et al., 2024), penulis editorial ini menawarkan taksonomi yang berguna bagi peneliti untuk menavigasi proses penulisan dan tinjauan akademis. Mereka memberikan pedoman praktis tentang bagaimana membangun narasi teoretis yang kuat dan relevan, yang dapat meminimalkan risiko penolakan.