Mohon tunggu...
Rifky Arif
Rifky Arif Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Aktif

Dengan Se-izin Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belum Ada

21 Mei 2019   12:21 Diperbarui: 21 Mei 2019   14:56 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada setitik trauma ketika aku harus menapaki tanah kota ini lagi. Tentang hati yang sakit, dan tentang angan yang harus aku redam. Sudah banyak perubahan rupanya. Tapi aku rasa suasana ini tetap sama seperti ketika aku masih menjadi bagian pemeran disini; menyenangkan namun juga menyakitkan. Dan memang nyata adanya, bahwa mengenang adalah pemicu emosi paling efektif kehidupan ini. Bukannya aku dendam. Hanya saja mengingat kisah ini benar-benar membuat pikiran menjadi tak fungsi.

"Mimpiku telah mati di sini," Yakinku selalu setiap hari. Gersang sekali waktu itu, tanpa malu merasa bahagia dari tangisan diri. Ya Tuhan-

Mulai saat itu, selepas beranjak aku mencoba meninggalkan dengan melepas angkuh pada semesta; aku mampu melampaui semuanya. Selamat datang dunia, sudah tangguh aku kini menjadi seseorang.

.

.

.

.

Jombang, 21 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun