"Bangun!! Dan pergi dari sini!"
Teriakan dan darah terus menghantui alam fikir, tragedi yang telah lama berlalu masih terus terbayang. Seorang pemuda yang kehilangan segalanya mencoba memulai kembali hidupnya. Aryo Joyo Wisanggeni hari-harinya dihabiskan di sebuah caffeshop sebagai barista. Dulunya Aryo merupakan anak dari manajer perusahaan swasta yang bergerak di bidang IT, namun semenjak perusahaan orangtuanya hancur dan hutang perusahaan dimana-mana, termasuk pada salah seorang konglomerat yang sekaligus pemegang kekuasaan disana, Hadyan Ranggawuni dikenal orang sebagai keluarga konglomerat yang tidak pernah habis kekayaannya, serta terkenal dengan kesaktian mereka. Hutang perusahaan yang tidak kunjung dibayar membuat keluarga Aryo diadili, mereka dihukum mati karena dianggap tidak mampu melunasi hutang-hutangnya yang jumlahnya milyaran. Di malam tragedi itu, Hadyan beserta para anak buahnya merampas semua yang ada dirumah keluarga Aryo, semuanya lenyap tak ada satu pun yang tertinggal. Pada malam kerusuhan Aryo mencoba berlari mengejar ayah dan ibunya yang diseret oleh anak buah Hadyan, diwaktu yang bersamaan sebuah balok kayu melayang tepat mengenai kepalanya. Aryo pun tak sadarkan diri dan saat itulah terakhir dirinya melihat orang tuanya secara tragis, konon mereka ditumbalkan oleh keluarga Ranggawuni untuk maksud tertentu.
"Aryo, bangun! Ada kunjungan dari orang - orang kantor!"
"Ha.. i-iyaa Tar, maaf ya"
"Cuci muka Sono"
Tari Candrawasih, salah satu teman Aryo bekerja membangunkan Aryo dari tidurnya. Tari merupakan remaja yang telah ditinggal mati oleh kedua orangtuanya dan terpisah oleh saudara kembarnya, dirinya kemudian diasuh oleh neneknya, namun neneknya meninggal pada saat Tari berumur 10 tahun, dan Tari dipindahkan ke panti asuhan demi keberlangsungan hidupnya. Â Para karyawan berkumpul, Aryo yang datang terlambat karena ketiduran di dapur merasa bingung. Karena tidak biasanya ada pengecekan seperti ini dalam jangka waktu dekat dalam sebulan.
"Ada apa Tar ini, kok kesini lagi?"
"Udah diem dulu dengerin"
"Selamat malam semua, maaf kali ini saya mengumpulkan kalian secara mendadak, langsung to the point saja, pemasukan caffeshop kita semakin menurun, dilihat dari grafik keuangan tiap bulannya, penurunannya sangat signifikan, dan penghasilan kita tidak cukup untuk membayar uang pajak ke pak Hadyan, jadi dengan sangat berat hati, saya akan memberhentikan beberapa karyawan disini, lebih tepatnya 4 orang"
Mendengar penjelasan dari manajer coffeshop itu membuat Aryo dan karyawan lain merasa terkejut, mereka memikirkan nasib mereka jikalau mereka yang diberhentikan, mengingat di coffeshop ini semua karyawannya merupakan orang-orang yang tidak memiliki keluarga.