Mohon tunggu...
Rifqi Soedjono
Rifqi Soedjono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Padatnya Jakarta yang Tak Kunjung Henti

14 Desember 2016   01:28 Diperbarui: 14 Desember 2016   04:46 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Jakarta merupakan kota terpadat nomor 1 di Indonesia. Berdasar data BPS, terdapat 10.187.595 penduduk di Jakarta hingga tahun 2011, namun pada siang hari, angka tersebut dapat bertumbuh seiring datangnya pekerja dari kota lain.

Peningkatan jumlah penduduk ini membuat sebagian besar lahan di Jakarta dipadati oleh pemukiman, perkantoran, serta sentra bisnis. Lebih parah lagi, para ahli mengatakan bahwa pada tahun 2050 semua wilayah Jakarta akan tenggelam dengan laju penurunan 16 cm selama 34 tahun.

Jakarta merupakan kota pusat terlengkap, mulai dari pusat ekonomi hingga politik semua ada di Jakarta, maka dari itu banyak masyarakat Indonesia memilih Jakarta sebagai tempat tinggal demi merubah kondisi ekonomi dari sebelumnya. Urbanisasi adalah penyebab utama Jakarta semakin padat, sehingga fakta membuktikan bahwa masyarakat Jakarta sendiri lebih sedikit daripada masyarakat luar Jakarta. Selain banyaknya lapangan kerja untuk merubah kondisi ekonomi, masih banyak faktor yang mendorong masyarakat luar Jakarta berpindah tempat tinggal disana.

Masyarakat pedesaan khususnya dari Pulau Jawa melakukan urbanisasi ke Jakarta dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah ajakan teman yang mengatakan bahwa kota Jakarta banyak lapangan kerja, tapi sayangnya tidak dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan yang cukup malah membuat angka pengangguran di Jakarta semakin besar.

Faktor lainnya yaitu pembangunan yang tidak merata membuat masyarakat dari luar Jakarta lebih memilih bekerja atau mencari pendidikan di Jakarta karena pembangunan di Jakarta masih lebih baik daripada kota asal mereka. Selain itu, masyarakat pribumi (masyarakat Jakarta) sendiri malah keluar dari kotanya karena mereka sendiri tersingkir dari ketatnya persaingan pekerjaan maupun pendidikan di Jakarta.

Selain pembangunan yang tidak merata, kesejahteraan yang tidak merata juga mempengaruhi angka kemiskinan di kota Jakarta. Semakin meningkatnya perekonomian masyarakat kelas menengah keatas, maka keadaan perekonomian masyarakat pinggiran semakin terpojok, akhirnya mereka mengandalkan hal-hal seadanya di sekitaran mereka untuk membangun pemukiman yang bisa dikatakan tidak layak huni. Lokasinya yang berada di pinggir kali membuat tata ruang kota berdampak negatif terbesar di Jakarta, yaitu banjir.

Kemiskinan di Jakarta yang semakin meningkat juga mempengaruhi kepadatan di kota tersebut, karena dengan semakin tingginya tingkat kemiskinan itu berarti tidak berhasilnya pemerataan pembangunan di Jakarta. Ditambah lagi dampak dari kemiskinan itu sendiri, salah satu yang utama yaitu pengangguran. Tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat mempengaruhi kepadatan penduduk di Jakarta. Dengan semakin meningkatnya tingkat pengangguran maka itu akan semakin menghambat pembangunan pemerataan di kota itu. Yang berarti, kemiskinan juga berkaitan dengan tingkat kepadatan penduduk di kota Jakarta.

Oleh karena itu, pemerintah harus merevisi atau memperbaiki kembali kebijakan-kebijakan agar Jakarta tidak overload akan penduduk non-Jakarta, seperti membatasi warga dari luar Jakarta, atau menambah pusat perekonomian, sosial, budaya di luar Jakarta sehingga tidak hanya Jakarta yang menjadi pusat masyarakat di Indonesia dan juga menambah lapangan kerja agar tingkat kemiskinan dan pengangguran berkurang dan dapat terwujudnya pemerataan pembangunan di Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun