Jalan ini
Di penghujung waktu
Yang menepi
Yang menjauh
Aku datang dengan tekad
Mendekat memperlihatkan kepala
Di sela pintu, di pijak kaki jatuh tanah
Di tatap mata, wajah orang yang melihat
Semua Memperhatikan dan melihat
Ku tatap dengan kedua mata
Lalu ku buka mulutku dengan lebar
Dan aku bersuara mengeluarkan kata
Hei kau ... pejabat yang tak tahu diri
Sudah kah kau kenyang dengan curian uang yang kau ambil
Hahaha kata ku dengan bangga yang bertekad
Doa dalam Tangisan
Aku adalah manusia
Diantara beberapa manusia
Yang menengok kepala
Diantara suara suara
Kala pagi aku menanti kabar baik
Bapak ibuk apa kabar dimana kau sekarang
Aku duduk dalam kamar yang terdiri dari tembok-tembok reruntuhan
Aku Yang terdiam aku yang tersendiri
Setangkai bunga mawar merah ku taruh dalam gelas
Aku seorang gadis kecil diantara kota yang runtuh
Mataku seolah tidak bisa menutup
Saat aku melihat roket roket itu menghamtam kotaku
Ketika aku melangkah keluar .. hatiku seolah gemetar
Akan diriku yang takut
Jika aku boleh melempar bom kepada orang orang yang menembaki
Mawar dalam gelas dan kain putih menyelimuti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H