[Mirip Resensi] Buku PK Ojong: Kompasiana. Esei jurnalistik tentang berbagai masalah - 3
Tulisan Kompasiana karangan PK Ojong tidaklah melulu membahas hal-hal yang serius. Dalam Bab X sebagai bab terakhir mengenaai serba serbi Kota Jakarta, banyak hal remeh temeh namun menarik juga dikemukakan penulis. Contohnya adalah apa yang bisa dibaca dalam tulisan nomor 15 halaman 780, yaitu tulisan tentang pohon bungur.
Yang menarik dalam tulisan ini adalah perhatian beliau terhadap sesuatu yang indah yang dilihat dalam keseharian, seperti apa yang 'sengaja lewat di depan rumah itu, sekedar untuk selama beberapa detik kendaraan melalui rumah itu, menikmati keindahan bungur yang sedang berbunga selebat-lebatnya di pekarangan'. Selain rumah di jalan Imam Bonjol no 32 yang penuh bunga bungur saat itu, PK Ojong bahkan bisa dengan lancarnya menceritakan tempat-tempat lain di mana bunga-bunga bungur bermekaran.
Tulisan berjudul Kota Bungur? itu mengusung usulan agar lahan-lahan kering dan kosong ditanami pohon-pohon, termasuk pohon bungur, ' di hari-hari libur pastilah rakyat Jakarta yang kekurangan kesempatan untuk rileks, yang kepanasan akan berpiknik di bawah pohon rindang itu'. Bukankah jika itu terjadi, 'apa kalahnya dengan cherry blossom di Jepang atau Washington, yang hanya berkembang selama beberapa hari saja, dan tiap tahun merupakan daya tarik bagi pelancoong-pelancong asing'. Sebuah ide logis, wajar, normal, pikiran khas rakyat kebanyakan, yang juga cocok untuk saat ini, 46 tahun setelah tulisan itu muncul. Namun, sepertinya saran itu jika diajukan sekarang pun akan dijawab pemerintah sama seperti jawaban saat itu yaitu ' dengan ... kata-kata 'Ya, ya, ya. Tapi perbuatan tidak menyusul'. Mungkin memang benar apa yang dikatakan PK Ojong di halaman 782, 'Tapi Gubernur Ali Sadikin sedikit bicara dan banyak berbuat'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H