[caption id="attachment_127988" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] 'You like writing? Really? Wow, that is cool'. Begitu respons dari rekanku di Australia sewaktu iseng dia tanya apa hobi atau kegiatan senggangku. Saya cuman ketawa saja. 'Belum tahu dia kalau menulis itu menyehatkan dan membahagiakan?', begitu gumamku. 'Ow, you have a blog? What a wonderful'. Saya kembali bergumam 'Please deh. Hari gini masih menganggap ngeblog sebuah hal yang aduhai? Wake-up mates'. Saya tidak terlalu terkejut dengan keheranan dia. Mungkin di benaknya masih tertanam sebuah pendapat bahwa menulis hanya dilakukan oleh penulis atau jurnalis, atau dilakukan oleh mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan atau mereka yang mempunyai waktu senggang, dan tidak bagi mereka praktisi teknik seperti saya ini. Padahal, kenapa sih mesti harus menjadi jurnalis hanya untuk menulis? Padahal dosen matrikulasi yang menjadi penulis buku pun pernah berucap 'seorang praktisi yang menulis itu hebat'. Kawan. Janganlah terlalu mempermasalahkan latar belakang atau profesi anda. Jika anda ingin menulis, ya menulislah. Pecahkan segala kesungkanan yang tidak perlu itu. Anda kan ingin menulis, ya menulislah. Abaikanlah keminderan bertemu dengan mereka yang sudah lebih dulu piawai merangkai kata. Tulislah apa yang kau pikirkan. Mulailah menulis. Bukankah sebuah lompatan dimulai dari satu langkah? Dan langkah awal menulis adalah menulis tanpa beban. Biarkanlah anda menulis dengan tujuan anda sendiri. Jika anda ingin menulis, keinginan anda saja sudah menunjukan tujuan anda. Bahkan jika anda tidak tahu apa yang harus ditulis, anda setahap sudah mempunyai tujuan. Biarkanlah anda sendiri yang menentukan tujuan menulis. Bukankah 'you are the master of your life'. Bukankah 'you are the master of your own article'. Dan jika anda sudah bisa melakukan hal ini, anda boleh berkata ''Eureka!!!' - seperti halnya Archimedes saat menemukan hukum benda cair (tapi jangan tiru dirinya berlari bugil di jalan Syracuse untuk merayakan temuannya). Itu artinya anda sudah melakukan sebuah langkah penting. Sebuah lompatan besar. Sebuah langkah tidak biasa, langkah out of the box, out of the shell. Keberhasilan melintasi garis zona nyaman - comfort zone. Dan saat itu pun anda berhak menyandang titel 'penulis', karena sejatinyya 'penulis' berarti 'orang yang menulis'. Tandailah hari itu sebagai hari penting bagimu - jika mau - sebagai titik awal anda berekspresi dengan tulisan. Jagalah momentum semangat itu. Menulislah di fesbuk, blog, social media dan sejenisnya. Tetaplah menulis dan membaca - karena bukanlah disebut menulis jika tidak membaca. Nikmatilah mengalirnya tulisanmu. Ekspresikan dirimu dalam bentuk tulisan, dan berkatalah 'ini tulisanku'. Bukan! Bukan berarti sombong. 'Ini tulisanku' seperti 'ini dadaku' - yang dikatakan dengan membuka baju, maka bukalah juga tulisanmu dari komentar konstruktif pembaca. Dengan itu tulisanmu lebih berwarna dan bercahaya. Dan bolehlah itu berujung dengan sebuah ucapan meniru Descartes 'Aku menulis maka aku ada', atau seperti tulisan Mbak Arimbi Bimoseno 'Menulis untuk Mengolah Rasa' atau yang sedang saya rasakan 'Aku menulis maka aku bahagia'. Dan jika aku sudah bahagia, boleh dong aku bernyanyi lagunya Tasya berjudul 'Libur Tlah' tiba yang diplesetin: 'HL tlah tiba... HL tlah tiba... Hore!!! Hore!!! Hore!!!...' Kawan. Itulah aku. Bukan jurnalis. Bukan guru. Dan tidak punya banyak waktu. Tapi aku hanya punya keinginan untuk menulis. Karenanya, sekalinya dapat HL, jangan tanya apa yang kurasakan. Kebahagiaanku rasanya lebih dari kebahagiaan para Raja dan Ratu HL seperti di tulisan Mas Michitra. Satu HL saja sudah begitu membahagiakan, dan tatkala ada beberapa HL muncul, aku sedikit bergumam 'ah, ternyata saya punya bakat menulis'. Dan itulah esensi Kompasiana. Cag, 9 Agustus 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H