Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lulusan ITB Jadi Juragan Mebel, Kenapa Tidak?

5 September 2016   07:20 Diperbarui: 5 September 2016   13:50 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahan furniture model Jepara | Foto: Rudi Gunawan

ITB. Bukan plesetan Icalan Teh Botol atau Ieu Tilas Ban. Beneran, ini mah singkatan resminya: Institut Teknologi Bandung. Universitas (eh Institut deng - hmm emang beda 😁) teknik bergengsi di Bandung yang selalu menyandang predikat terbaik. Beralamat di jalan yang rindang dengan pepohonan, teduh dengan masjid dan rona wajah pemuda-pemudi masjidnya: Jalan Ganesha, yang terkadang juga dibumbui aroma negatif ‘´éé kuda'. 

Sebagai perguruan tinggi bergengsi, yang zaman saya mah masuknya teh susah eh lulus juga susah, tentunya mahasiswa-mahasiswanya menginginkan menjadi lulusan yang bekerja di perusahaan terkenal dan besar, dan sukses menjadi 'orang' dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Terkadang ambisi positif seperti ini menjadi bumerang, kala beberapa lulusannya mencatatkan imaji negatif, seperti sombong, pilih-pilih pekerjaan, kutu loncat atau tidak loyal. Padahal, da itu mah ulah segelintir alumni pan?  Hanyalah setitik nila yang merusak susu sebelanga. 

Nah, di antara susu sebelanga itu, terseliplah seorang cowok Sunda -mau disebut jajaka tapi ya gak cocok di umur ya- yang berani beda. Dia memilih profesi sebagai pengusaha mebel. Mebel, kadang ditulis meubel. Usaha kayu, mengikuti jejak Jokowi -atau tidak ada hubungannya sama sekali-. Sebuah pilihan anti mainstream, bukan? 

Dia adalah Rudi Gunawan, orang Tasik yang alumni Teknik Sipil ITB, angkatan 1988. 

Dalam perbincangan dengan penulis, Rudi berbagi cerita di balik pilihannya menggeluti dunia yang bisa dikatakan jauh dari ilmu yang dipelajarinya. Mohon dipahami jika dalam wawancara ini ditemukan banyak istilah Sunda, da kita teh USA - Urang Sunda Asli 😁. 

Apa alasan utama Rudi berkecimpung dan memilih usaha mebel?

Jujur saja. Awalnya mah karena kepepet. Saat itu tahun krismon. Perusahaan tempat saya bekerja - sebuah konsultan perencana - melakukan restrukturisasi. Nah, saya termasuk yang terkena imbasnya. Jadi, sebenarnya menjalani bisnis itu tidak dari awal lulus. Enam tahun pertama setelah lulus - ilmu saya masih terpakai.

Toko bahan-bahan mebel | Foto: RUdi Gunawan
Toko bahan-bahan mebel | Foto: RUdi Gunawan
Nah, saat kena pehaka itu saya beranikan diri ambil keputusan banting stir. Usaha sendiri. Mungkin alasan saya logis nya, dunia usaha konsultasi saat itu saya prediksi akan terus lemah. Di situlah saya terjun ke bisnis mebel. 

Alasan di mebel ya karena bisnis mebel dekat sekali dengan saya. Keluarga saya kan orang mebel. Ayah saya, mertua dan kakak saya sendiri pun berusaha di mebel.

Oh, jadi memanfatkan bisnis keluarga?

Kalau dibilang memanfaatkan bisnis keluarga ya nggak juga atuh. Saya tidak bekerja untuk keluarga. Saya memulai segala sesuatu dari nol. Dan line bisnis saja oge bukan line business bapak atau mertua. Saya tidak bergerak di furniture siap jual. Tapi saya melihat peluang yang keluarga belum masuki - dan sepertinya belum banyak yang masuk. Ya itu, pasokan bahan baku mebel seperti kain, busa, asesoris, dan juga pasokan mebel yang mau dijual. Umumnya, toko mebel itu cuman menjual mebel saja ke konsumen, sementara pasokan mebelnya sendiri dari yang lain. Nah, saya mencoba merintis one stop shopping.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun