Ketika anak bungsuku ditanya nanti mau masuk sekolah tingkat SMA apa, dia menjawab penuh harap. “MAN IC, Yah”.
Madrasah Aliyah Negeri, Insan Cendikia.
Iya, meski dia baru kelas satu jenjang SMP, dia sudah sering mencari info pendidikan level SMA. Dan ketemulah nama itu yang muncul karena prestasinya. Peringkat atas sekolah dengan jumlah kelulusan yang masuk Perguruan Tinggi Negeri tertinggi. Padahal, ya gitu, sekolah itu kan tidak sembarangan siswa bisa masuk. Sangat ketat.
Nah, yang menarik bagi saya sebagai ayahnya adalah kenyataan bahwa MAN IC setidaknya sudah membuka kepala bahwa “Oh ternyata ada madrasah yang bagus juga ya”.
Jujurly, entah terbawa arus utama image umum atau entah apa, nama sekolah dengan nama madrasah itu kesannya gimana gitu. Bukan sekolah yang mendapatkan prioritas atau pilihan utama sebagai tempat menimba pendidikan bagi anak-anak. Kita – eh saya deng – lebih memilih beberapa sekolah negeri, atau swasta Islam. Atau sekalian ke pesantren. Madrasah itu rasanya berada dalam posisi tanggung.
Tapi dasawarsa belakangan, pendidikan madrasah yang berada di bawah Kementrian Agama ini menggeliat hebat. Madrasah-madrasah negeri tingkat Tsanawiyah (SMP) dan Aliyah (SMA) sudah sering bermunculan di peringkat teratas. Dan ketika MAN IC ada di peringkat satu pada satu masa belakangan ini, mengatasi sekolah-sekolah negeri yang sudah punya nama atau pun sekolah yang berafiliasi non-Islam yang terkenal disiplin dan berprestasi, itu memberikan kebanggaan tersendiri. Sampai muncullah cita-cita itu: “Insya Allah, nanti bisa ke MAN IC, ya De”.
Reformasi Pendidikan Madrasah Indonesia SEBUAH KEHARUSAN
Itulah ternyata yang sedang terjadi. Madrasah sedang dan sudah bertransformasi. Reformasi pendidikan sedang, sudah dan selalu terus berlangsung. Dan reformasi pendidikan adalah sebuah keharusan.
Ini bukanlah pernyataaan sembarangan. Statement ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, M.T. dalam pembukaan Seminar Nasional Diseminasi Hasil Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) 2022, di Redtop
Beliau adalah Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia.