Karbon.
Tepatnya “zat berupa gas yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran senyawa-senyawa yang mengandung karbon”. Kasarnya bolehlah disebut gas buangan.
Paling gampang dibayangkan dengan gas buangan kendaran bermotor. Iya, gas yang keluar dari knalpot. Atau dari cerobong pabrik. Pokoknya yang membuat polusi udara, gitu.
Ujungnya kan sering terdengar efeknya: menipiskan lapisan ozon. Ozon itu kan lapisan di atmosfir bumi, atau istilah gampangnya lapisan di langit. Fungsinya melindungi bumi dan makhluk di atasnya dari paparan sinar radiasi matahari. Kan sinar matahari itu tidak semuanya menguntungkan.
Sebagian dari sinarnya yang merugikan dan berbahaya itu dipantulkan oleh lapisan ozon ke angkasa. Nah, kebayang kan kalo ozonnya menipis atau berlubang.
Panas matahari bebas masuk ke bumi. Suhu bumi naik. Es kutub mencair. Laut menjadi naik. Kota pesisir pantai tenggelam. Yang di atas bumi kepanasan. Tanaman kering. Ya, persis lah dengan apa yang terjadi jika pintu kulkas terbuka: es mencair, air menggenang, tanaman busuk dan kering.
Nah, zero emission itu maksudnya itu. Mengurangi emisi, atau mengurangi buangan zat yang dihasilkan aktivitas pembakaran yang mengandung karbon ke tingkat NOL. Net zero emissions.
Zero emissions? Memang bisa gitu?
Ménékétéhé
Teorinya harusnya bisa sih. Tapi prakteknya, ya tanyakan saja kepada Pemerintah yang punya kuasa tentang itu. Bukankah Pemerintah yang menetapkan target Net-Zero Emissions di tahun 2060?