Kalau sudah senang, pasti akan ada waktu untuk menulis
Hari-hari Prof Juhaeri kemudian dihiasi dengan aktivitas menulis. Saat pulang kerja, beliau bisa menyisihkan waktu untuk serius menulis di malam hari. Bahkan kadang ketika bangun malam, jam satu, gelisah karena ada ide menulis yang harus segera ditulis, dia pun menuliskannya. Dan dia nisa menulis sampai jam enam pagi, sebelum kemudian dilanjut pergi ke kantor. Perasaan bahagianya lah yang membuat dia tetap sehat fisik dan psikis.
Di tengah kesibukannya yang padat, dengan berbagai meeting di berbagai negara, dia tidak melepaskan waktu untuk menulis. Bahkan bagi dia, perjalanan dinas itu justru membuat dia produktif. Iya, karena waktu teratur nulisnya menjadi kacau.Â
Tapi, "Kalau sudah senang, pasti akan ada waktu untuk menulis". Kalimat itu ternyata disertai contoh nyata. Ketika dalam perjalanan dinas balik dari Shanghai ke Amerika, dia bisa menyelesaikan dua bab dari memoar yang nantinya berjudul Statistics of Dreams. Demikian pula ketika sedang jalan-jalan ke Vatikan, mood menulis muncul. Dia pun menulis. Satu bab diselesaikan di sana.
Dalam hal-hal tertentu, Prof Juhaeri seperti berlari dalam menulis. Menulis saja. Mengalir sekali. Beneran seperti berlari. Sehingga, awalnya draft memoar itu sendiri berjumlah 900 halaman, dua kali lipat dari jumlah halaman buku yang terbit.Â
Memang terlalu detail, karena dia menulis apa adanya. Dengan tipe menulis seperti berlari itu, maka draft memoar pun selesai ditulis dalam waktu enam bulan. Lalu, tulisan itu diendapkan dulu selama empat bulan, tidak disentuh untuk kemudian dibaca lagi. Setelah itu baru direvisi agar cerita lebih enak dibaca dan ada kesinambungan. Lalu endapkan sekali lagi. Dan direvisi lagi.
Proses penerbitan
Pada bulan Juli 2019, draft memoar itu kemudian masuk ke penerbit Gramedia. Di meja redaksi, muncullah tanya. Ini buku, seritanya tentang apa?
"Awalnya ragu sih. Awalnya malah dianggap beliau mau menulis tentang Covid". Demikian kata Andi Tarigan, Kepala Redaksi Non Fiksi GPU. Nama Prof Juhaeri Muchtar memang terkait erat dengan virus Covid, mengingat profesinya sebagai epidemiolog dan terutama keterlibatannya dalam beberapa wawancara publik terkait virus dan vaksin.
"Tapi, saya menilai beliau akan menjadi rising star", demikian Mas Andi meneruskan. "Tulisannya banyak banget isinya. Tapi belum terangkat ke permukaan".