Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Pernikahan bak Sebuah Rumah dalam Buku "Cerita Sebelum Bercerai"

5 Maret 2020   10:52 Diperbarui: 5 Maret 2020   12:27 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Sebelum Bercerai | foto: Rifki

Mungkin kita pernah atau sering mendengar pemisalan jika pernikahan itu ibarat sebuah rumah. Ada pondasinya. Ada atapnya. Ada temboknya. Ada ruangan-ruangannya. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa kadang membangun rumah  tidak selalu membawa material baru , tapi juga kadang membawa juga material lama?

"Jika Pernikahan adalah Sebuah Rumah". Begitu nama judul tulisan yang menarik perhatian saya di dalam buku terbaru Fahd Pahdepie, Cerita Sebelum Bercerai. Iya, menarik. Karena ya itu, lah kok bener juga kalau dipikir-pikir mah.

Saya kutip sebagian kecil kalimatnya yang sangat menarik itu.

"Fondasinya digali dari luka-luka masa kecil atau masa remaja. Temboknya didirkan dari batu bata perasaan yang kadang sedih, gelisah, optimistis, bahagia atau sesekali terlalu percaya diri. Jendela dan pintu-pintu dipasang dengan rasa takut atau rasa kesepian. Sementara atapnya disusun dari genteng-genteng yang mungkin retak karena pernah dikecewakan atau dikhianati".

Nah loh. Jleb banget kan.

Fahd Pahdepie dan posternya | Foto: Rifki
Fahd Pahdepie dan posternya | Foto: Rifki
Saya tidak mengenal nama Fahd sebelumnya. Hanya seliweran tulisan yang sempat nongol di beranda teman yang sempat saya baca. Tulisannya menarik. Betah untuk membacanya. Makanya ketika ada ajakan untuk menghadiri launching buku, saya - sebagai kutu buku :) - ya tidak menolah lah. 

Apalagi judul bukunya sudah mengundang. Cerita Sebelum Bercerai. Judul yang langsung memunculkan prasangka praduga: "emang Fahd sudah cerai?", "ini buku tentang perceraian", "kayaknya berisi tips-tips dari dia yang pernah mengalami perceraian". Dan imajinasi-imajinasi liar lainnya. DI sisi ini saja, saya acungi jempol deh.

Pembukaan diisi pembacaan puisi. Keren dan bagus | Foto: Rifki
Pembukaan diisi pembacaan puisi. Keren dan bagus | Foto: Rifki
Eh, saat di acara launching itulah saya mendapatkan kejelasan. Tentang usia pernikahan dia dan istrinya yang memasuki usia sepuluh, keromantisan dia, rumah tangga yang seperti umumnya masyarakat kebanyakan, ada naik turun. Normal. Sampai dengan cerita bagaimana ide menulis topik ini muncul dan apa alasan di balik mengangkat tema perceraian.

Suasana launching di Gramedia, Teras Kota, BSD | Foto: Rifki
Suasana launching di Gramedia, Teras Kota, BSD | Foto: Rifki
Lalu setelah membaca buku ini, saya menemukan benang merah maksud Fahd menulisnya. Ya, ini buku bukan bercerita tentang perceraian, konflik rumah tangga, KDRT, bagi harta gono-gini, perebutan anak dan hal-hal lain yang bisa jadi akan disambar oleh penulis skenario sinetron. 

Tapi buku ini perlu dibaca bagi mereka yang sedang berpikir untuk bercerai. Sehingga pembaca "menemukan kejernihan berpikir dan kedalaman merasa yang baru, sebelum membuat keputusan-keputusan besar".

Uli - Kompasianer Tangsel - sedang mengajukan pertanyaan | Foto: Rifki
Uli - Kompasianer Tangsel - sedang mengajukan pertanyaan | Foto: Rifki
Buku ini terdiri dari 241 halaman, terbagi dalam 13 Bab atau Bagian. Dibawakan dengan bahasa yang indah dan romantis - meski keromantisan itu subyektif, buku ini menjadi enak dibaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun