Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

LRT Jabodebek, Waktu Tunggu Antar Kereta 6 Menit Saja

20 Februari 2019   23:17 Diperbarui: 20 Februari 2019   23:33 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembangunan stasiun LRT | Foto: lrtjabodebek.com

Saya boleh lah disebut Anker -- Anak Kereta. Meski sudah tidak aktif bekerja, kereta masih menjadi pilihan berkendara. Sejak lama, sejak Jakarta masih mengenal KRD-KRL dan lalu Kereta Sudirman, saya setia menggunakan moda transportasi ini untuk bekerja. Jelas lah alasannya. Kereta itu cepat dan tidak macet. 

Ya, tentu juga dengan berbagai suka dukanya saat itu, seperti menunggu persilangan, stasiun terkena banjir, masalah listrik atas atau kereta terhalang pelajar yang tawuran dan masinis terkena lemparan batu. Tapi tetap, meski perjalanan terganggu, tapi tidak terkena macet kan J. Ya, karena kita menunggunya di stasiun. Jadi, masih bisa santai (meski sambil ngedumel bagi beberapa orang) berkeliaran, tidak tersiksa di ruang sempit metro mini atau mobil pribadi.

Saat itu, saya mendambakan kereta yang keren, cepat, dan tidak lama menunggu. Ya macam di luar negeri, gitu.

Saya sempat bahagia. Di awal-awal saya bekerja sebagai insinyur teknik, sempat saya melihat di dinding kantor gambar teknik trase-trase jalur MRT Lebak Bulus -- Kota. Itu di tahun '96-an lebih. "Wah, kita bisa punya kereta yang cepat nih", begitu gumamku saat itu. Lalu, penugasan kerja di HK membuka mata lebih lebar tentang kereta masal itu. 

Ya, jalur MRT HK itu begitu menggurita ke sana ke mari, dan sangat efektif. Tiap stasiun kereta berhubung dengan moda transporasi lain. Dan yang membuat saya kagum adalah, iya, waktu tunggu antar keretanya tidak lama. Saat kita ketinggalan kereta, beberapa menit kemudian, kereta selanjutnya tiba.

Tapi, kebahagian saya melihat gambar teknik jalur MRT itu tidak bertahan lama......

MRT t'lah tiba. LRT t'lah tiba. Hore. Hore. Hore.

Gambar desain MRT itu hanyalah gambar. Dicetak di atas kalkir. Dan hanya menjadi pajangan. Setahun. Dua tahun. Sepuluh tahun. Dua puluh tahun. Berganti pejabat pemerintah. Berganti Presiden. Entah berapa puluh konsultan desain hilir mudik. Namun, semua hanya wacana. Tidak ada pelaksanaan. Mungkin lebih tepatnya, tida ada yang BERANI melakukan.

Eh, tidak dinyana. "Badai pasti berlalu, Ferguso". Perubahan akhirnya datang.

Pilar LRT dalam pembangunan | Foto: lrtjabodebek
Pilar LRT dalam pembangunan | Foto: lrtjabodebek
Dimulai dari sesuatu, meminjam perkataan pelawak Asmuni, Hil yang Mustahal: Penataan stasiun. Siapa sangka stasiun yang terbuka dan penumpang bisa saja naik tanpa karcis dan duduk santai di atas atap garbong, lalu bisa diubah menjadi lebih modern. 

Dengan kartu tap, gate berputar, peron rapi dan stasiun-stasiun keren. Dan KRL-KRD berubah menjadi Commuter Line. Terasa ada sebuah kemauan untuk bergerak. Untuk berubah. Dari perangkat pemerintahan saat itu. Dan lalu....

MRT jalur Lebak Bulus -- Bunderan HI sudah selesai. DIperkirakan akan beroperasi dalam beberapa bulan kemudian. Dan sekarang, tanpa dinyana, Jakarta pun akan memiliki LRT -- Light Rapid Transit.

"Kota dengan jumlah penduduk di atas satu juta, harusnya punya angkutan massal', begitu kata Pak Zulfikri, Dirjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan pada acara FGD 'Pembangunan LRT Jabodebek & Sumsel untuk siapa?', yang diselenggarakan oleh Warta Kota dan Kementrian Perhubungan tanggal 13 Februari 2019 di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat.

Pembangunan stasiun LRT | Foto: lrtjabodebek.com
Pembangunan stasiun LRT | Foto: lrtjabodebek.com
"Memang terlambat. Tapi kita sudah memulai", demikian ujarnya.

Betul sekali. Tidak perlu mengingat kenapa begitu terlambat. Kita sambut saja, bahwa transportasi masal sudah datang. MRT t'lah tiba. LRT t'lah tiba. Hore. Hore. Hore. Jadi, seperti Tasya di lagu "Libur t'lah tiba".

 "Arini, masih ada kereta yang akan lewat".

"Tujuan pengadaan LRT untuk meningkatkan kualitas hidup'.

Demikian Pak Pundjung Setya Brata, Direktur Operasional II, PT Adhi Karya yang juga hadir dalam acara itu. Tentu saja. Dengan perencanaan yang matang, termasuk koneksi antar moda transportasi lain, busway dan commuter line, LRT juga menusuk ke pusat bisnis. Bahkan jarak CIbubur -- Dukuh Atas bisa ditempuh hanya dalam waktu 35 menit saja. 

Mempersingkat waktu adalah unsur utama dalam meningkatkan kualitas hidup, bukan. Terutama bagi warga Jakarta yang "dipaksa" tinggal di luar Jakarta -- Jakarta coret ataupun kota satelit -- karena harga rumah dan tempat tinggal yang tidak terjangkau dan yang terbiasa pergi pagi pulang pagi (penghasilan pas-pasan :) ).

Untuk mempersingkat waktu itu, maka frekuensi kedatangan kereta pun menjadi hal utama. Sebagai anak kereta, saya sangat merasakan betul pentingnya waktu menunggu antar kereta -- disebut juga headway. Ketika Commuter Line tujuan Serpong -- Tanah Abang menutup pintu untuk berangkat persis ketika saya melewati gate masuk, saya tidak perlu mengelus dada. 

Seperti petuah untuk yang putus cinta: "Lepaskanlah, maka semoga yang lebih baik akan datang. Lepaskanlah, maka semoga suasana hati akan lebih ringan". Tenang. Karena, kereta selanjutnya akan datang. Persis lah jika dihubungkan dengan judul filem jadul dibintangi mantan Gubernur Banten, Rano Karno: "Arini, masih ada kereta yang akan lewat".

Acara FGD LRT Jabodebek | Foto: Rifki Feriandi
Acara FGD LRT Jabodebek | Foto: Rifki Feriandi
Dan menunggu kereta itu adalah seperti menunggu jodoh yang tak kunjung datang. Memang, meski "aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya", tetapi ya menunggu itu mendebarkan bin mengesalkan. Apalagi ketika berpengalaman dua jam setengah pergi dari rumah sebelum acara tetapi tetap terlambat karena 30 menit menunggu kereta Commuter Line di Stasiun Manggarai ke arah Jatinegara. Sengsara. Di 17 Februari 2019.

Makanya, ketika mendapat informasi yang dikemukakan oleh Pak Iwan Eka, Project Management Office Operasion LRT Jabodebek di acara itu bahwa headway kereta adalah enam menit, berbahagialah saya. Itu seperti bahagianya anak saya menemukan unicorn mainannya. Eh, my little pony deng, bukan unicorn.

Pak Iwan lebih detail menjelaskan bahwa enam menit waktu antar kereta itu adalah untuk rute Cibubur -- Cawang dan Bekasi Cawang . Sementara untuk rute Cawang -- Dukuh Atas, headway nya adalah...... TIGA menit. Wow sambil koprol yoook.

LRT siap beroperasi bulan April

Beneran nih bulan April? Tahun 2019?

Ya....Don't to milk. (Ojo kesusu).

Lihat saja dong pembangunannya. Ada sebagian yang sudah selesai, sebagian yang belum, kan. Ada bagian yang terlambat karena masalah pembebasan lahan. 

Pembangunan struktur LRT dan stasiunnya kan tidak segampang membalik telapak tangan. Tidak bisa dilakukan semalam. Sangkuriang saja gagal membuat perahu dalam semalam kok -- eh meski berhasil menendangnya dan menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Tapi, memang jadwalnya LRT bukan untuk tahun ini. Yang tahun 2019 adalah beroperasinya MRT. Pake huruf "M".

Para pembicara | Foto: Agung Han
Para pembicara | Foto: Agung Han
Kalau yang belum tahu, MRT dan LRT itu seperti dua bersaudara beda selera. Yang satu seleranya makan makanya gendut, yang satu makan secukupnya. Tapi dua-duanya sehat dan bisa berjalan cepat. 

Ya, MRT -- Mass Rapid Transit, adalah kereta besar yang bisa mengangkut penumpang banyak (massal). Dalam satu rangkaian, perut gendutnya bisa menampung 1900* orang. Sementara itu, adik kurusnya disebut LRT -- Light Rail Transit (Light = ringan), perutnya cukup menampung setengahnya 810** orang.

"Bulan April 2021 insyaallah LRT beroperasi secara keseluruhan," ungkap Pak Pundjung.

Membangun LRT, membangun system, membangun peradaban

Dalam acara Forum Group Discussion itu, hadir pula Prof Joko setyo Warno, pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Semarang dan Nirwono Joga, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti. Prof Joko mengemukakan bahwa membangun LRT itu adalah membangun system. 

Karenanya, tentunya keberadaan LRT harus ditunjang dengan feeder system untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau. Sementara Pak Nirwono menjelaskan tentang konsep TOD -- Transit Oriented Development yang sekarang sedang diterapkan dan juga perkembagan selanjutnya menuju TOC -- Trasit Oriented Community.

Acara yang dihadiri beberapa komunitas blogger, mahasiswa dan influencer ini berjalan santai dan menarik. Para peserta duduk di atas bean bag warna-warni dan terlibat dalam tanya jawab di akhir sesi. Menarik juga menemukan bahwa acara Tanya jawab itu juga berisi input dari anggota komunitas agar fasilitas LRT dan MRT lebih ramah untuk masyarakat difabel.

Alhamdulillah ya, sudah ada banyak kemajuan yang dicapai oleh perkeretaapian Indonesia. Bersiaplah warga Jakarta. Semoga langkah besar ini diikuti juga dengan persiapan warga Jakarta akan pemahaman akan moda transportasi baru ini. 

Waktu menunggu sampai beroperasinya LRT bisa dilakukan untuk membentuk habit atau kebiasaan baru yang baik dalam menggunakan fasilitas public, terutama fasilitas perkeretaapian. Pergunakanlah kereta Commuter Line lebih sering sehingga kita terbiasa dengan adab berkereta.

Bravo Indonesia!!!!

* Kompas.com - 12/04/2018, 16:19 WIB Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "MRT Jakarta Mampu Mengangkut 1.900 Penumpang", https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/12/16195451/mrt-jakarta-mampu-mengangkut-1900-penumpang. Penulis : Nursita Sari

** Kompas.com - 21/08/2017, 10:14 WIB Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sekali Jalan, LRT Jakarta Bisa Angkut 810 Penumpang", https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/21/10141481/sekali-jalan-lrt-jakarta-bisa-angkut-810-penumpang. Penulis : Ridwan Aji Pitoko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun