Malam Ramadan itu apa lagi kalau bukan solat terawih. Solat sunat yang lebih suka disebut si Ayah "Teraweh" - dengan "e" - ini akan mengambil sebagian besar waktu malam kita, sebelum beranjak ke peraduan. Apalagi untuk anak kecil yang sedang belajar berpuasa. Seperti si Ade, misalnya.
Sejak usia kecil, si Ade sudah diajarin tentang berpuasa dan ibadah-ibadah yang melingkupinya. Ibadah utamanya, berpuasa, si Ayah tanamkan dengan mulai dari berpuasa makan tapi masih boleh minum, berpuasa dengan jangka waktu tertentu, lalu menjadi setengah hari, dan berujung penuh seharian. Beriring dengan puasa, si Ade pun dikenalkan dengan ibadah malam berupa solat terawih. Meskipun si Ade perempuan, tidak menutup partisipasi si Ayah untuk terus mendampinginya dalam mempelajari solat terawih. Dan tidak terasa, sudah empat tahun berjalan sejak awal si Ayah mendampingi si Ade terawih. Ternyata, seru perjalanan terawihnya itu, yang terekam dalam status si Ayah.
2014: Selalu bersama Ayah dan...berselfie
Si Ade berusia empat tahun. Entahlah apa ini saat pertama, tapi si Ayah mengajaknya ke mesjid Al Kautsar - mesjid komplek yang cukup besar. Sengaja memilih mesjid ini, bukan musola terdekat, dengan harapan agar dia bisa bertemu lebih banyak orang. Di saat pertama ini, si Ade tetap selalu bersama si Ayah. Solat bersebelahan dengan Ayah di saf laki-laki. Tentunya janggal ada perempuan berkerudung menyempil di jajaran bapak-bapak. Tapi, biarlah si Ayah memutuskan hal itu. Alasannya ya demi keamanan si Ade sendiri, karena dia belum bisa dilepas sendirian. Kebetulan malam itu kita tidak bersama si Ibu yang berhalangan.
Di usia ini si Ade tentunya belum bisa konsentrasi. Jadinya si Ayah biarkan dia merasa nyaman dulu berada di lingkungan mesjid. Kecuali solat Isya, saat terawih dia dibiarkan sesuai keinginannya. Mau solat ya diapresiasi, tapi kalau lagi bosan si Ayah biarkan dia tiduran. Demi menyatunya saf, si Ayah biasanya mengambil posisi paling ujung kiri atau kanan, sehingga si Ade berada di sisi paling luar. Jadi saf laki-lakinya menyambung kan. Meski dibiarkan, satu yang si Ayah jaga: dia tidak boleh berkeliaran. Si Ayah juga memberi "instruksi" larangan-larangan lain, dengan bahasa anak tentunya, seperti tidak boleh teriak-teriak, berlari-larian dan berjalan di depan orang yang lagi solat. Dan jika bosan, terutama waktu mendengar ceramah, si Ayah ajak dia....selfie :) .
Ramadan di usia si Ade lima tahun.
Hari pertama, dia berhasil solat berpisah. Di barisan ibu-ibu dengan pedenya. Beberapa ibu melihat dia dengan tersenyum. Beberapa orang tidak lepas nyubit pipi tembemnya. Tiap selesai solat, si Ayah selalu menengok ke belakang. Takut ada apa-apa. Jadinya, saat tirai pemisah dibuka untuk kultum, saya lihat dia lucu dengan pipi menyembul dari mukena biru angry bird nya sedang mengobrol dengan ibu-ibu yang mengapit kiri kanannya.
Hari lainnya, si ibu yang dulu ngajak ngobrolnya gak ada. Dia terlihat cukup bosen. Akhirnya dia masuk ke barisan bapak-bapak, berakhir di pangkuan ayahnya. Pulangnya dia merengek 'Pengen nasi goreng'. Sayangnya, abangnya tidak berjualan. Akhirnya, dilahaplah dimsum entah tiga atau empat biji.
Hari lainnya lagi ketika berterawih di musola, dia betemu temannya Aurel. Jadi si Ayah tenang solatnya. Waktu pulang si Ayah bertanya. 'Ade tadi berisik gak? Ngobrol ya?'. "Sedikiiit kok" jawabnya sambil menempelkan jari telunjuk ke jempolnya. Si Ayah tidak melarangnya, karena menganggap itu masih di tataran normal dan tidak mengganggu. Lagipula, dia sedang bersama temannya.
Hari lainnya berterawih kembali di mesjid Al Kautsar. Kali ini bersama si Kakak. Seru buat mereka berdua. Ayahnya tidak terlalu memperhatikan. Jadi khusuk dan tenang.Biarkanlah si Kakak menjadi seorang kakak yang tahu kapan mengajak mengobrol, bercanda dan serius solat.