Beberapa orang ibu-ibu dari Indonesia yang sedang berada di Los Angeles masuk ke sebuah gerai tas. Mereka lalu berkeliling dan dengan wajah biasa lalu memutuskan keluar lagi.
Tidak lama kemudian, ada beberapa warga Amerika masuk ke gerai itu, lalu mereka memekik. Karena gerai itu 'surga" bagi mereka. Barang-barang yang dijualnya adalah tas wanita. Tas itu berbau etnis sekali. Tas itu terbuat dari ......rotan. Dan.....tas itu hasil buatan UKM Indonesia.
Ilustrasi seperti itu - bagaimana sebuah produk Indonesia hasil Usaha Kecil dan Menengah, dengan perhitungan yang matang, bisa menerobos pasar Amerika - kental sekali mengemuka dalam diskusi yang hangat dan produktif di sore hari itu. Diskusi bertajuk "JNE - Dialog Interaktif & Buka Puasa Bersama: From Local to Global, Preparing Local Companies to Enter Global Market" diadakan tanggal 31 Mei 2018 di Kantor Pusat JNE Jakarta.
![Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya | Foto: Rifki Feriandi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/08/img-20180531-141155-5b1a4dc85e13732c741b43c4.jpg?t=o&v=770)
Potensi Indonesia di kancah Internasional itu besar
Dalam presentasinya yang bertajuk "Potensi Produk Indonesia di Internasional", Pak Joshua menjelaskan berbagai hal dari mulai definisi produk kreatif, pemasaran produk kreatif, tantangan dan terutama sektor-sektor prioritas untuk penetrasi global.
Ada beberapa sektor yang menjadi fokus Pemerintah lewat Bekraf. Tiga sektor yang menjadi unggulan adalah kriya, kuliner dan fashion. Sementara tiga sektro prioritas adalah aps-game, film dan musik.
"Produk kreatif adalah produk dengan nilai tambah. Berbeda dengan komoditi", demikian Pak Joshua memulai paparannya. Beliau menekankan bahwa Indonesia memiliki keunggulan dengan produk kreatif di semua sektor. KITA KAYA KARENA KITA BERAGAM.
Ya, keragaman adalah keunggulan utama produk kreatif Indonesia, yang umumnya dicari konsumen. Tinggal tantangannya adalah bagaimana bertemunya produk kreatif dengan konsumennya dan bersaing. Tidak bisa dipungkiri, salah satu pendekatan yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan teknologi berbasis IT.
All have a window to the world, influenced by smartphone