Ya. Kami. Dua orang Kompasianer.
Semua bermula saat Kompasianival 2015 lalu. Di Gandaria City itu saya sengaja berkunjung ke stand Kompasiana Amboina (KOMA). Tidak lain hanya penasaran dengan banyaknya aktivitas komunitas yang menurut saya keren. Bertemulah saya dengan Bu Ketu, Yusnita Tiakoly, dikenal dengan nama Yusnita Ekspresi. Bertemu juga dengan penulis yang penyair, Roesda Leikawa, serta anak muda, Shulhan Rumaru. Pertemuan cukup singkat, tapi menjadi titik pangkal - mengutip apa yang Kompasianer Lombok, Muslifa Aseani sebut sebagai 'jalinan mata rantai panjang sebuah ikhtiar berbagi kebaikan'.
Yusnita Tiakoly (KOMA) dan penulis (Ketapels) di Kompasianival 2015 | Foto: Yusnita
Dari persuaan sejenak dengan Mbak Nita, lalu muncul ide untuk mendirikan sebuah rumah baca di Tumalehu Barat, Kecamatan Pulau
Manipa, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Itulah kampung halaman Mbak Nita, yang meski berjarak tiga jam-an perjalanan kapal cepat dari kota Ambon, namun masih belum banyak tersentuh pembangunan: tidak ada kendaraan roda empat, listrik menyala jam 6 sampai 6, sinyal telepon hanya didapat di daerah pantai - itu pun jika beruntung ....dan tidak ada perpustakaan umum.
Pulau Manipa (warna merah), masuk ke dalam administrasi Kabupaten Seram Bagian Barat | Foto: 1n3b
Siluet pelabuhan Manipa yang indah saat mentari terbenam | Foto: Rifki Feriandi
Lalu, berkembanglah kolaborasi antara dua kompasianer. Kolaborasi yang lebih dari sekedar kolaborasi blogging, tetapi kolaborasi untuk
literasi dan kemajuan pendidikan. Â Juga kolaborasi antar personal Kompasianer dengan komunitas lain, dalam hal ini komunitas relawan yang penulis ikuti,
1N3B - Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa Satu Bumi.
Komunitas 1N3B yang terbentuk sejak tahun 2005, dari cikal bakal komunitas pendaki gunung pangrango.com, telah melakukan kegiatan pendirian rumah baca di pelosok-pelosok Indonesia. Sebut saja di desa Ranupane, Sawarna, Sungai Lisai sampai dengan di Mataso di kaki Kawasan Nasional Betung Kerihun, daerah komunitas tiga suku Dayak. (Sila kunjung website 1n3b di http://1n3b.web.id atau di grup facebook 1n3b).
Jejak Komunitas 1N3B | Foto: 1n2b
Di tahun 2017 ini, Komunitas ini setuju untuk melakukan kegiatannya di Manipa.Â
Praktis secara intensif sejak satu tahun lalu, komunitas 1N3B melakukan semua aktivitas persiapan yang biasa dilakukan, dari mulai penyusunan kepanitian, budgeting, penggalangan donasi buku, dana dan natura (buku tulis, alat tulis, alat-alat sekolah), pemberitahuan melalui media sosial, merchandizing sampai pemrosesan buku. Dari pihak penerima, Mbak Nita melakukan konsolidasi lokal dalam mempersiapkan area yang akan dijadikan lokasi rumah baca, pembuatan rak-rak buku dan berkolaborasi dengan sekolah untuk acara puncak.Â
Persiapan Tim Relawan 1N3B untuk Kegiatan Manipa | Foto: Rifki Feriandi
Bulan Juli-Agustus, kami memulai persiapan acara puncak - setelah pemrosesan buku (pendataan, pengkategorian, penyampulan, pelabelan, pemberian cap dan pengepakan) dengan mengirimkan buku-buku dengan ekspedisi kapal laut dan udara. Buku yang terkumpul (dari donasi dan pembelian) berjumlah sekitar 2500 eksemplar, seberat 1,033kg (satu ton lebih), dalam 45 koli.
Tanggal 20 September 2017, empat belas relawan - termasuk dari Semarang, Bali, Surabaya, dengan menggunakan biaya sendiri (namanya juga relawan jadi tidak memakai dana kegiatan) mulai berangkat ke Ambon untuk selanjutnya ke Pulau Manipa. Sampai di pelabuhan Tumalehu Barat yang sederhana, kami sudah diberi kejutan penyambutan dengan drumb band anak-anak dengan alat-alat sederhana. Kami juga disambut oleh tetua adat di Rumah Besar, rumah keluarga Raja-Raja Tumalehu Barat - yang adalah ayah dan kakek Mbak Nita sendiri, lengkap dengan jamuan makan siang, termasuk yang disodorkan oleh seorang Mama tua: papeda. Yummy.
Drumband sederhana menyambut kami....co cwit | Foto: 1n3b
Sebagian relawan di sela istirahat | Foto: 1n3b
Sesi makan papeda, langsung diajari Mama pembuatnya | Foto: Rifki Feriandi
Seharian kami melakukan persiapan, penataan rumah baca, persiapan puncak acara esok harinya, dan tak lupa merakit sepeda. Ya, kami pun mengirimkan sebuah sepeda yang sudah dimodifikasi untuk dijadikan Rumah Baca Keliling - untuk melayani enam atau tujuh desa yang berada cukup jauh. Menjelang tengah malam, kami selesaikan persiapan sebelum beristirahat di beberapa rumah penduduk.Â
Rumah Baca - Sebelum dan Sesudah | Foto: Rifki Feriandi
Rumling - Rumah Baca Keliling | Foto: RifkI Feriandi & 1n3b
Acara puncak tanggal 21 September 2017 adalah:
- pembukaan Rumah Baca - yang diberi nama Manggurebe Maju yang berarti berkejaran atau berpacu untuk kemajuan Manipa
Lihat Humaniora Selengkapnya