Penasaran karena beberapa kali Festival Kuliner Serpong tidak menyempatkan diri untuk datang, kali ini saya menyengajakan diri harus datang. Alasannya sederhana, ingin mencicipi Rujak Cingur – kuliner yang khas Jatim banget. Sesampainya di area parkir selatan Sumarecon Mall Serpong, saya dibuat terkejut. Gile. Banyak sekali pilihan makanan khas Jawa Timuran yang rasanya sayang banget jika tidak dicoba. Rujak Cingur ternyata hanyalah salah satu dari sedikit kuliner Jawa Timur yang saya kenal. Ternyata, Jawa Timur punya begitu banyak ragam masakan yang membuat air liur mengalir. Itu dibuktikan antrian yang cukup panjang di beberapa stand dan ramainya pengunjung di Minggu siang, 21 Agustus 2016 kemaren.
Menu pilihan awal, Sate Ayam Ponorogo Nyamleng | FOto: Rifki Feriandi
Rujak Soto & Soto Madura | Foto: Rifki Feriandi
Sate Ayam Ponorogo Nyamleng menjadi pilihan pertama. Maklum, perut yang sering kena asam lambung harus diisi karbohidrat dan protein dulu, minus rasa pedas. Pada saat yang sama, beberapa rekan di sebelah menikmati Bebek Ireng Suroboyo “Cak Baz”. Hadeuh, saya cuman menahan cucuran liur saja, karena sedang menjaga kolesterol. Namun, tidak masalah. Masih tersedia Pecel Pincuk Ibu Ida. Atau, masih ada Nasi Krawu yang membikin ngiler dan Nasi Jamblang Mang Dul. Bagi yang suka peda, ada sambal Bu Rudi Surabaya tuh, lengkap dengan nasi udang empalnya. Mau nyemil? Ada Ote-ote Surabaya, yang ternyata adalah gorengan, saudara. Meski gorengan, jangan tanya enaknya. Tuh, yang antrinya pun lumayan panjang, tapi sabar-sabar loh meski lapar. Kuliner mainstream Jatim pun tersedia, semacam Cwie Mie Malang, Bakwan Malang, Tahu-tek Telur, Soto Ambengan dan Rawon.
Onde-onde Maknyooos | Foto: Rifki Feriandi
Ote-ote SBY | Foto: RIfki Feriandi
Tahu Tek Telor Surabaya & Nasi Udang Bu Rudy | Foto: Rifki Feriandi
Kenyang makan besar, giliran penganan saya ambil Onde-onde Khas Jatim – Kopi Delapan, yang maknyus punya. Sambil berkeliling, mata saya tertuju dengan penganan-penganan kecil di gerobak Jajanan Baheula “Java Oenik”. Kuaci cap Gajah, tengteng, gulali yang gue banget. Iyes, penganan jadul. Gue banget, ya. Membawa memori ke jaman kuda gigit besi, eh. Sambil jalan ke masa lalu, bagaimana jika bawa oleh-oleh? Tuh, ada Oleh-oleh khas Jawa Timur BHEK.
Ah, pokoke Wuenak e’ Puollll.
BHEK Oleh-oleh Khas Jawa TImur | Foto: RIfki Feriandi
Jajanan Baheula “Java Oenik” | Foto: RIfki Feriandi
Tidak sekedar kuliner tohFestival Kuliner Serpong edisi Jawa Timur ini diadakana selama sebulan penuh, 12 Agustus sampai 12 September 2016. Event ini mengikuti enam event sukses sebelumnya, juga berupa Festival Kuliner, yang mengangkat daerah Bali (2011), Sumatera Barat (2012), Jawa Tengah (2013), Sulawesi (2014) dan Sumatera Utara (2015). Seperti event-event sebelumnya itu, pihak Summarecon Mal Serpong sebagai penyelenggara tidak hanya menfokuskan diri pada kuliner Nusantara. Lebih dari itu, pada saat bersamaan diangkat kekayaan budaya Nusantara.
Gerbang miniatur candi Penataran dan Abang berkostum Madura | Foto: RIfki Feriandi
Pada saat datang, budaya Jawa Timur sudah kentara diperkenalkan. Gapura berupa candi Penataran dan rumah adat khasa Jawa Timur menyapa pengunjung seolah berkata “Yuk, kita selfie”. Gerai atau stand atau warung-warung pun dikemas dengan replika rumah Banyuwangi, Madura hingga Majapahit. Dan yang paling membuat saya terkesan adalah abang-abang penjaga dan pelayan yang berbusana khas Jawa Timur (atau Madura): baju hitam longgar defngan kaos belang putih merah (kadang ada yang putih hitam juga) di dalamnya – katanya disebut baju pesa`an dan celana gomboran. Tidak lupa iket kepala. Jangan takut, abang-abang itu tidak berkumis baplang dan sangar seperti imaji selama ini. Mereka ramah-ramah, baik hati, baik budi dan tidak sombong. Eh....
Panggung Utama dengan dekorasi Ponorogo | FOto: RIfki FEriandi
Perihal budaya, panggung utama bisa dikatakan sebagai cermin keseriusan penyelenggaran. Dekorasinya keren berupa hiasan atraktif dari kesenian Reog Ponorogo dengan miniatur singa-singaan dan bulu merak eskotis dalam wujud kipas raksasa serta kuda lumping. DI panggung ini disuguhkan atraksi kesenian reog Ponorogo, story telling cerita rakyat Jawa Timur oleh WWF Indonesia, pagelaran musik baik itu oleh Voice of Indonesia, Purwacaraka Music Studio atau William Soemantri Music School serta Rhapsody Music Center dan tentu saja lantunan instrumen tradisional khas Jawa Timura. Pokoke, keren puoll.
Tempat duduk dengan atap bentuk tradisional dan abang berpakaian khas | Foto: Rifki Feriandi
DI Festival Kuliner Serpong, transaksi dilakukan dengan menggunakasn kartu yasng dapat diisi dengan nominal saldo, dengan 10 buah booth kasir. Jam operasional FKS dari pukul 4 sore sampai 10 malam pada hari kerja, pada hari Jum’at sampai pukul 11 malam, sementara itu untuk akhir minggu dimulai dari pukul 11 siang sampai dengan 11 malam. Di area FKS terdapat banyak meja dan kursi, sebagian berada di bawah teduhnya tenda. Silakan mengatur kedatangan agar bisa mendapatkan lokasi yang cukup teduh. Tersedia pula permainan anak-anak berupa mobil-mobilan dan pojok dolanan khas pasar malam. Abang-abang penjaga dan Cleaning Service pun sigap membersihkan area. Namun, bagi yang membawa sampah sambil jalan, jangan lupa membuang sampah pada tempatnya. Toilet tersedia di dalam mal, jaraknya pun tidak terlalu jauh.
Kartu transaksi | Foto: RIfki Feriandi
Festival Kuliner Serpong ini keren banget deh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya