Membentuk sebuah kelompok kecil ternyata tidaklah mudah bagi sebagian orang. Beberapa mahasiswa terlihat “gentayangan”, karena belum memiliki kelompok. Bisa jadi karena kelompok yang dia “inginkan” sudah memenuhi kuota, bisa jadi pula karena “tidak ada yang menginginkannya”, dan bisa jadi pula karena “kirain kamu sudah punya kelompok”.
Padahal ada beberapa kelompok yang masih kurang anggotanya. Di sini terlihat bahwa mereka yang terlalu diam, pasif, nrimo, pasrah cenderung mendapati masalah seperti ini. Bahkan bisa jadi kepasifan itulah justru yang menjadikan dia tidak diinginkan oleh beberapa kelompok. Di sinilah pentingnya Speak Up – bicara.
Dalam dunia kerja, adalah hal penting untung berbicara. Bicara berarti mengutarakan apa yang dipikirkan. Bicara juga bisa memperlihatkan apa potensi diri. Dengan bicara, akan terlihat tipe seseorang, apakah akan bertindak cenderung sebagai pengikut (follower) atau menjadi pemimpin (leader). Dan di beberapa sisi, bicara pun bisa mempermudah peningkatan karir. Bagaimana atasan akan tahu kemampuan kita dan mempromosikan kita jika kita tidak pernah berbicara untuk mengemukakan ide dan pikiran kita sehingga atasan tahu kemampuan diri kita.
Pemrakarsa untuk Kesuksesan
[caption caption="Diskusi anak SD di Mataso"]
Setelah kelompok terbentuk dan aktivitas dimulai, apa yang dilakukan? Sebagian kelompok terlihat langsung sibuk, namun sebagian kelompok lainnya anteng-anteng (atau bengong-bengong) saja, bahkan sampai dalam waktu cukup lama. Apa yang membedakan hal ini?
Itulah adanya seorang berjiwa pemrakarsa di dalam kelompok. Initiator.
Di sebagian besar kelompok yang terlihat langsung sibuk, kita akan menemukan satu atau beberapa orang yang tanpa sadar langsung mengemukakan gagasan. Gagasan yang diusung sangat mendasar yang bisa jadi berupa pertanyaan-pertanyaan: “siapa nih yang memimpin kelompok?”, “siapa yang menjadi penulis atau notulen?”, “siapa yang nanti membacakan hasil?”.
Orang (atau orang-orang) seperti ini bertindak sebagai initiator – pemrakarsa, sehingga aktivitas bisa langsung dimulai tanpa ditunda. Tanpa initiator, maka bisa diprediksi sebuah aktivitas kelompok akan berjalan tersendat. Yang terjadi adalah kebengongan, dan orang cenderung menunggu orang lain yang memulai. Itu berarti satu penggal waktu – yang bisa jadi akan menentukan – akan hilang begitu saja.
Seorang pemrakarsa dalam sebuah kerja kelompok sudah mencerminkan sebuah kepemimpinan dan tanggung jawab. Dalam dunia kerja, orang yang memiliki sikap pemrakarsa akan bermasa depan cerah, karena dia bisa menempatkan sebuah prioritas sebuah aktivitas.