[caption caption="Piala semata wayang | Rifki Feriandi"][/caption]
Beneran. Karena Kompasiana lah saya mendapatkan piala. Rasanya itulah piala pertama dan satu-satunya jerih payah saya, karena dasarnya saya tidak pernah dibiasakan orang tua ikut-ikutan lomba (dan belum tentu menang). Bahkan ketika secara berkelakar mbah Weedy Koshino mau pinjam pun saya tidak kasih ijin. Alasannya sederhana: piala ini adalah daya tawar posisi saya di depan si Bungsu yang sudah punya banyak piala meski usianya baru lulus Balita. 'Wew. Ayah juga punya piala, De'. Gitu.
[caption caption="Piala punya si Ade | Rifki Feriandi"]
Piala itu adalah hadiah dari Taman Mini Indonesia Indah, karena saya menjadi pemenang pertama lomba menulis tentang TMII. Keren gak? Bayangkan coba. Saya teh apa atuh, penulis profesional bukan, wartawan bukan, blogger pun bukan. Tapi kok bisa menang? Alhamdulillah ya. Sesuatu. :)
Itulah sebenarnya hasil jerih payah saya berkubang di belantara Kompasiana. Dimulai tahun 2011, awal tahun, saya mencoba mengetahui apakah saya itu bisa menulis. Saya tuliskan apa saja yanc ingin ditulis. Satu, dua, sepuluh, dua puluh, seratus dan seterusnya. Sampai akhirnya muncullah keberanian. Muncullah kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri. Lau, satu demi satu muncullah prestasi dan berani mengikuti tantangan: lomba, kompetisi, antalogi sampai membuat buku sendiri. Dan...yaitu tadi: Piala.
Dengan Kompasiana lah P.I.A.L.A menghasilkan piala.
Karena Kompasiana memberikan hal-hal berikut:P
P - Persahabatan
I - Inspirasi
A - Aktualisasi
L - Lessons Learnt