Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Narkoba - membunuhku

23 Januari 2012   22:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:31 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ujung jalan TB Simatupang, persimpangan Ciputat, sering saya memperhatikan sebuah poster menohok yang isinya sangat bagus. Dalam poster itu, terpampang dua pose seorang pemuda good looking. Kedua posenya sama-sama memakai kemeja. Namun pose yang satu menampilkan kemeja berjas berdasi, dengan mata tertutup, dengan wajah pucat dan berada di sebuah peti mati. Sementara pose kedua pemuda yang sama berjas dan berdasi dengan wajah ceria meraih kebahagian. Poster itu dengan cukup jelas menegur siapa yang lewat, apa mau berakhir seperti pose di kiri, mati karena narkoba, atau seperti pose di kanan, berhasil dalam kehidupan - "this high or that high". Pilihan ada di tangan masing-masing.

Dan itulah sepertinya pilihan yang diambil oleh Afreyani (atau Afriani?). Pilihan yang diambil baik secara sadar ataupun tidak sadar. Pilihan yang telah mengantarkan pada sebuah kenyataan: membunuh dan terbunuh.

Afreyani sekarang mungkin masih belum sadar akan apa yang sedang terjadi - karenanya sikapnya yang seperti tidak merasa bersalah banyak mendapatkan kecaman orang. Padahal, seperti yang saya baca dari postingan Mas Andri SpKJ dan Mas Warangga Wira, pengaruh narkoba - yang membuat "bener-bener happy" mungkin masih kentara. Namun, pada suatu saat kesadaran dirinya sudah muncul, maka dia akan memahami dua kenyataan di atas.

Membunuh: dengan kelalaian, sembilan orang meregang nyawa, dengan satu calon penghuni dunia gagal berpentas. Bisakah saat itu dia menerima realitas, karena kelalaiannya ada anak yang lalu menjadi yatim atau piatu atau yatim piatu. Atau beberapa janda tercipta. Atau berapa jumlah kebahagiaan orang lain terenggut. Berapa keluarga yang mendadak sengsara, juga akibat beban membayar sekian juta untuk mengambil jenasah.

Terbunuh: saat tersadar, dia akan faham dengan sendirinya bahwa nama baiknya sudah terbunuh. Hujatan, makian, umpatan yang berseliweran sudah cukup menggambarkan terbunuhnya sebuah nama baik. Lalu, terbunuh pula masa depannya, dengan tuntutan hukum menganga di depannya.

Lalu, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan datang di akhir. "Kalau saja saya tidak lalai. Kalau saja saya berhati-hati. Kalau saja saya sadar. Dan kalau saja saya ...... tidak memakai narkoba", tidak akan ada peristiwa terbunuhnya sembilan nyawa. "Andaikan temanku orang-orang yang baik-baik. Andaikan aku menjaga kehormatanku - tidak berkeliaran malam. Andaikan saja aku .... tidak tertarik narkoba", tidak akan ada peristiwa terbunuhnya karakterku. Bisa saja penyesalan itu berujung dengan gumaman "Jika saja saya TIDAK MENDEKATI narkoba, tentunya saya tidak akan coba-coba dan tidak akan terjerat jarum neraka yang akan sulit terlepas begitu saja. Jika saja saya TIDAK MENDEKATI narkoba, saya akan tetap bahagia".

Afreyani. Kamu memberi sebuah pelajaran amat sangat berharga untuk menjauhi narkoba.

Doaku untuk para korban meninggal. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan dan kekuatan serta kelancaran dan kebahagiaan dalam menghadapi kehidupan format baru - tanpa mereka yang ada di hati.

Doaku untukmu juga Afreyani, untuk segera bertobat dan berobat, dan meninggalkan segala aktivitas narkoba yang melekat. Banyak mereka yang berhasil lepas dari narkoba, dan kamu pun sejatinya bisa melakukan hal itu.

Dan doaku juga bagi generasi muda bangsaku ini. Stay NO to drug. Jauhi narkoba.

1327333615397978169
1327333615397978169

Cag, 23 Januari 2012

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun