Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ngantuk jangan nulis! Nulis jangan ngantuk!

5 September 2011   13:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:13 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap lewat jalan tol Padaleunyi arah Jakarta, saya selalu suka dengan sebuah spanduk Jasa Marga yang berbunyi: 'Ngantuk jangan nyetir. Nyetir jangan ngantuk.' Spanduk yang berisi pesan sederhana, bermakna dan sesuai realita.


Lalu, tepatkah bunyi spanduk itu jika diplesetkan seperti judul di atas? Ya sah-sah wae atuh, tergantung dari arah mana kita melihatnya.


Mari kita pahami sedikit yok kenapa Jasa Marga menganjurkan supir yang sedang mengantuk tidak berkendara. Berbahaya kan? Kenapa berbahaya? Karena hilang konsentrasi kan? Kenapa hilang konsentrasi? Karena otak kita kerjanya menjadi bercabang: 'nahan kelopak mata dulu biar bisa ngeliat jalanan di depan atau meremin mata dulu, kasian kelopaknya sudah capek'.


Coba kita mirip-miripkan dengan aktivitas menulis pada saat ngantuk. Saat itu mata sudah ingin terpejam, kepala ingin segera bermimpi - apalagi jika dalam mimpi bisa bertemu dan puas-puasin memandang Selena Gomes (buat ABG itu mah, buat yang dewasa mah cukup Selena William ya). Namun keinginan kuat menulis juga begitu membara, hingga jari tangan seperti sudah refleks menari di atas kibod. Namun refleks tangan menjadi tidak sesuai dengan pikiran, karena konsentrasi sudah buyar. Berbahayakah itu? Jawabannya ya tergantung sedang menulis apakah kita. Jadi berbahaya jika kita sedang menulis topik serius waktu mengantuk - tahu-tahu tulisannya menjadi bertema 'Pengalaman itikaf bersama ustadz ...ah Selena Gomez'. Masih mending jika tangan masih 'sadar', kalau 'tidak terkontrol' dan lalu dengan 'pede kala ngantuk' langsung memencet Enter, bagaimana? Terpostinglah tulisan campur-sari memalukan itu, dan mencloklah tulisan kita sebagai tulisan Termenarik (ini yang disebut blessing in a disguise).


'Ah, bohong itu. Kata siapa ngantuk gak boleh nulis. Saya menulis malah malam-malam sampai pagi?', begitu gerutu beberapa orang.


Take it easy, man. Ambil intinya dong: 'menulislah dengan fokus' coy. Gitu aja kok sewot. Sewotmu bisa-bisa menjadi ide tulisan baru loh.


'Mana mungkin, gan?'.


Lha, sampeyan kan bilang nulis di Kompasiana malah bisa ngusir ngantuk. Boleh dong saya bikin tulisan lain berjudul 'Kompasianer dan Luwak gak ada bedanya!'. Atau jika dibilang berKompasiana bisa sampai subuh, boleh dong bikin judul bombastis 'Kompasiana dan pornografi gak ada bedanya'. Bukankah mereka yang akses pornografi suka menghabiskan waktu sampai subuh?


Ups.... Fokus!!! Fokus!!!


Cag, 5 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun