Sampai akhirnya kutemukanlah Kompasiana dengan cucuran deras artikel-artikelnya. Dengan bagi-bagi tips-ilmu menulis gratisnya. Dengan tebaran pengalaman-pengalaman para punggawa pena. Dengan ajakan-ajakan tantangan pembuktian diri. Sebuah wahana lengkap pembelajaran.
Kularutkan diri dalam tarikan kumparan arus menulis itu. Kuikut berbagi dan berkomunikasi. Dan kuikut tantangan uji-kompetensi. Lomba ini, lomba itu, kopdar ini, kopdar itu. Kubiarkan diriku menikmati aktivitas itu. Kubiarkan emosi terluapkan secara tidak meledak-ledak. Positif atau negatif. Â Kubiarkan juga ekspektasi melayang. Kubiarkan juga diriku memahami arti kegagalan dan kekecewaan. Ah, ikhlaskan. Semua adalah proses.
Dan akhirnya Freez adalah pembuktian diriku. Bukan  tentang pembuktian kehebatan, keunggulan atau kepiawaian. Bukan itu. Tapi Freez adalah pembuktian tiga buah kata yang tanpa sadar telah menuntunku:
Tiga kata inspiratif itu pula yang dituliskan Mas Ahmad Fuadi - pengarang buku Negeri 5 Menara - dalam bukunya yang saya beli yang beliau tanda tangani. Ah, what a coincidence.
Sekarang telur sudah pecah. Lalu?
Tetaplah bermimpi.
Tetaplah berusaha.
Tetaplah ikhlas.
Insya Allah
Cag, kontemplasi di Hari Arafah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H