Perkenalkan, saya seorang eksekutif. Usia saya masih muda, belum 30. Orang bilang saya good looking. Alhamdulillah. Kelihatan kan dari penampilanku, bersih terawat, berotot six pack. Kalau ke gym sih cukup rutin, sekalian bertemu kolega dan relasi bisnis atau bahkan klien. Kadang suka diteruskan meeting. Gak terlalu jauh dari gym lah, paling di restoran di hotel bintang lima sebelah. Itupun kalo kliennya tidak mau ketemuan sambil golf. Kalau ke salon paling cuman seminggu sekali, cukup buat facial, menicure, pedicure sama creambath doang. Gak tiap hari lah, entar keganjenan. Kebetulan saya memimpin sebuah perusahaan tambang dengan staff cukup banyak, dan dipercaya sebagai Presiden Direktur. Kebetulan juga perusahaan itu rintisan bapakku. Aku tipe setia. Istriku satu, sekarang sedang arisan bersama sosialita lain. Besok katanya mau ke pengajian ekskusif. Kalo anakku banyaknya di rumah saja, nonton home theater saja daripada maen di luar, ntar kena debu. Mampir ke rumah dong, gak jauh lah dari Pondok Indah Mall, cari saja yang pagarnya porcelain putih setinggi dua meteran. Gampang kok, ntar tanya saja satpam, ada dua kok yang ngejaganya. Â Â Â Â (foto diambil dari google) Â Â Itulah kan image seorang eksekutif muda. Bangun euy!!! Bangun!!! Sadarlah dengan realita. Itu hanya image di sinetron atau opera sabun. Kalaupun itu ada, persentasinya sangat-sangat kecil. Dan itulah mungkin yang menyebabkan beberapa orang tidak menyukai dan membenci istilah 'eksekutif muda'. Seolah hanya merekalah yang berhak menyandang titel itu: berkelas, kaya, banyak koneksi, ganteng, punya istri cantik bla...bla...bla... Â Silakan bermimpi menjadi seorang eksekutif seperti itu. Namun, sejatinya ikutilah eksekutif-eksekutif muda yang bersahaja yang bahkan seharusnya harus lebih diekspos, karena terkait dengan etos kerjanya yang bagus beserta akhlaknya yang yahud beserta kebaikan-kebaikan yang dikerjakannya. Dibandingkan eksekutif muda model sinetron, berapa banyak anak-anak muda yang berhasil menjadi pemegang keputusan dan pelaksana perusahaan (sebagai arti kata 'eksekutif') yang mencapai posisi mentereng di perusahaan tersebut (yang umumnya bukan perusahaan keluarga) karena usaha banting tulang dan prestasi kerjanya yang cemerlang? Banyak kan, dan jauuh lebih banyak dibandingkan model eksekutif muda sinetron. Â Berapa banyak juga eksekutif muda usia yang justru tidak menyukai kegemerlapan malam tapi malah lebih menikmati kenyamanan bathin bersama keluarga, bercengkrama bersama anak istri? Berapa banyak juga eksekutif muda yang lebih memilih kesederhanaan pergi kantor dengan mengendarai sepeda, menyetir sendiri mobil sederhana, naik shuttle bus atau naik kereta Depok_Jakarta dibandingkan naik mobil super mewah dengan supir bersafari? Berapa banyak juga mereka yang memilih menguruskan badan bermain badminton atau futsal bersama staff, atau membiarkan perutnya sedikit one pack tapi tetap mengikuti badminton bersama staff, meski hanya menjadi penonton? Berapa banyak juga eksekutif muda yang justru beraktifitas di masjid atau gereja, mendalami kegiatan amal dibanding bertemu rekan-rekan sosialita di acara uji mencicipi anggur / wine? Â Jawabannya pasti banyak, dan jauh lebih banyak dibandingkan yang ada di sinetron. Jika itu yang terjadi, seharusnya merekalah yang layak mendapatkan sebuah kebanggaan sebagai eksekutif muda, yang pantas dipuja - tepatnya menjadi panutan. Tidak ada yang salah dengan eksekutif model sinetron, tetapi realita menunjukan mereka muncul lebih karena beruntung. Â Itulah yang didamba kita sekarang, tumbuhnya golongan mapan pemegang kuasa perusahaan yang tumbuh, merangkak dari bawah menuju puncak posisi. Merekalah yang mengerti artinya perjuangan, indahnya keberhasilan, getirnya kegagalan. Merekalah yang kelak akan mengerti arti sebuah jabatan, memegang amanah, jujur dan tidak akan mengingkari kepercayaan, karena sejatinya mereka pun merasakan sakitnya dikhianati pemegang amanah atau difitnah. Dengan tempaan kehidupan, mereka tumbuh menjadi pribadi yang menjaga integritas dan berakhlak tinggi dan menjaga nurani. Â Namun di manalah mereka? Mereka ada di sekeliling kita, namun kalah terekspose di media. Kalah oleh ekspose artis-artis dengan masalahnya, pejabat-pejabat dengan korupsinya, dan kalah oleh selebriti-selebriti dengan kasusnya. Bantulah mereka, yang mungkin bisa jadi atasan kita sendiri, untuk lebih bangga menyandang sebutan 'eksekutif muda berintegritas dan bernurani' karena di pundak orang semacam merekalah, negara insya Allah bisa berjalan ke arah yang lebih maju. Â Selama masih ada mereka yang muda yang berprestasi dan bernurani, insya Allah kita masih punya harapan tumbuhnya pemimpin sejati, yang berkarya bagi negara dan masyarakat. Mungkin merekalah Ratu Adil itu. Bisa jadi merekalah Satria Piningit itu. Wallahu alam. Â 24 februari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H