Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Soft Discrimination - Terjadikah di Lingkungan Anda?

31 Januari 2011   05:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi ini saya tidak bermood bagus, maklum hari Senin. Makanya pagi-pagi saya sudah semprot satpam gedung - padahal saya jarang sekali mengumbar emosi. Perkaranya cukup sepele, tetapi menyakitkan. Saya biasanya dengan ikhlas membiarkan tas gendong saya digeledah satpam di manapun gedung yang saya datangi. Ah, itu memang pekerjaan standar mereka, ya kita dukung lah. Namun pagi ini, tatkala saya membuka tas saya, menyilakan satpam itu "memeriksa" - atau tepatnya melihat - tas saya, dan kemudian menunggu lift, saya dapatin seorang bule Jepang melenggang begitu saja, tanpa diperiksa. jengkel gak sih? Tanpa ancang-ancang, saya pun meledak - persis petasan waktu kawinan orang Betawi, sampai orang di sekeliling saya menengok: "Periksa juga orang itu dong, jangan diskriminasi!" .

Nah, kejadian itu kemudian saya tulis di status fesbuk. Saya cukup kaget melihat komens dari rekan-rekan. Ternyata hal ini banyak terjadi di lingkungan kita. Bahkan seorang rekanku yang bersuamikan bule sangat merasakan hal itu, tatkala jika dia datang sendiri dicuekin celingukan begitu rupa, sementara jika datang bersama suami mulai di pintu kita udah di sambut, diantar sampai ke meja, ditungguin sampai kita siap makan dan akhirnya tidak butuh mereka. Bayangkan coba, dicuekin atau dilecehkan oleh orang sebangsa. Ada juga yang berkomentar sedikit bercanda bahwa wajah saya - yang bukan kebetulan berjenggot, mungkin pas untuk lebih "diwaspadai". Hmm... behitu? Sementara orang ber-jaguar tidak perlu lah diwaspadai - meski mungkin harusnya lebih diwaspadai jika jaguar itu hasil korupsi kan?

Fenomena apakah ini?

Saya lebih menduga ini sebagai kebodohan beberapa bagian bangsa yang masih menyanjung sebuah streotip salah: bule itu kaya, bule itu pinter, bule itu Bos atau orang Arab itu Islam, orang Arab itu baik, orang Arab ustadz, atau berjenggot itu Al Qaeda, berjenggot itu konservatif kuno, atau bahkan ada yang berpikiran bahwa bangsa kita itu bodoh, mau dibodohi, pintarnya cuman korupsi - pokoknya yang jelek-jelek.

Saya hanya ingin memekik jika melihat ini terjadi - dengan bahasa menginggris biar keren: "Stop it stupid".

Jika kita masih berpersepsi seperti ini, kita ketinggalan berpuluh-puluh tahun. Mental seperti ini yang harus disingkirkan. Mental inlander. Istilah guru sejarahku: minderwardeghiezcomplex (tahu deh tulisan benarnya gimana?).

Lalu harus bagaimana?

Ya ubah dong pandangan seperti itu. Perlakukan mereka secara wajar. Ada bule yang datang ke Indonesia dan menjadi manajer, padahal dia supir truk di negara asal (katanya loh). Sementara banyak anak bangsa kita yang hijrah ke negeri orang - dan menjadi "Orang". Saatnya kita bangga menjadi diri sendiri. Dan kebanggaan itu bisa menular. dan jika terjadi sesuatu yang merendahkan jati diri kita sebagai bangsa - seperti perlakuakn diskriminasi petugas keamanan tersebut, proteslah secara santun, resmi, formal. Tidak perlu meledak-ledak, kita kan bangsa yang berilmu. Dan, jangan diam!!!.

Eh, ini kolom opini apa curhat niy? Anggaplah opini dari curhat. Gitu aja kok repot.

Cag,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun