'Kakak itu egois. Ibu....Ade trauma'.
Ucapan itu muncul dari mulut mungil anakku. Kalimat yang sejatinya mengkhawatirkan itu, ternyata malah membuatku tersenyum. Saya bahkan tertawa. Nikmat sekali. Kenapa begitu? Karena yang mengucapkannya adalah seorang anak kecil berusia empat tahun, yang belum mengerti apa itu arti dari kata 'egois' dan 'trauma'. Bahkan saat saya tanya apa itu 'egois' atau 'trauma', anakku menjawab dengan santai 'gak tahu' - tetap dengan gayanya yang polos dan menggemaskan. Lalu, dari mana dia tahu kata-kata itu? Ternyata saya tahu jawabannya.
Beberapa hari sebelumnya, saya kesal sampai memarahi si Kakak - remaja menuju dewasa yang terpaut jarak lebih dari sepuluh tahun dari si Ade. Yah, wajar dan boleh toh marah kepada Anak, asal dalam batas yang wajar dan ada kesalahan yang harus diperbaiki kan? Nah rasanya saat itu saya berkata dalam marah 'Kakak itu egois....bla...bla...'. Entah di kesempatan yang sama atau kali lain, entah saya atau ibunya rasanya pernah berkata 'Trauma Ayah sama Ibu mah....bla....bla....'. Bisa jadi saat itu si Ade mendengar saya lagi marah, dan menemukan kata-kata keren yang baru didengarnya. Dan kata-kata itu ada di benaknya sampai dia ucapkan ketika dia punya waktu mengucapkannya - meski sepintas jadi terbayang si Vicky Prasetyo from Karangasih city. Bisa jadi jika saya kelepasan mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pada tempatnya pada kondisi marah itu, anak saya pun akan mengambil kata-kata baru - yang terdengar keren di telinganya - dan lalu menirunya. Bagaimana jika yang muncul itu sumpah serapah lengkap dengan jerapah dan kawan-kawannya di kebon binatang? Naudzubillah.
Kawan. Itulah anak. Membahagiakan dengan tingkah polahnya. Tapi hati-hatilah berhadapan dengan anak, baik langsung atau tidak langsung, baik anak sendiri atau anak orang lain. Anak adalah peniru yang baik. Karenanya dibutuhkan orang tua yang bisa menjadi figur yang baik. Dalam kondisi tenang atau emosi tinggi, jagalah ucapan dan kesantunan. Jika kita sering melupakan bahasa yang terjaga, mintalah pasangan kita untuk mengingatkannya. Demikian pula dengan lingkungan sekeliling kita, carilah lingkungan yang baik-baik sehingga anak kita pun akan berperilaku dan berbahasa yang baik.
Cag
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H