Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

'Ibu...Ade Trauma': Hati-hati dengan Anak

3 Juni 2014   02:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Kakak itu egois. Ibu....Ade trauma'.

Ucapan itu muncul dari mulut mungil anakku. Kalimat yang sejatinya mengkhawatirkan itu, ternyata malah membuatku tersenyum. Saya bahkan tertawa. Nikmat sekali. Kenapa begitu? Karena yang mengucapkannya adalah seorang anak kecil berusia empat tahun, yang belum mengerti apa itu arti dari kata 'egois' dan 'trauma'. Bahkan saat saya tanya apa itu 'egois' atau 'trauma', anakku menjawab dengan santai 'gak tahu' - tetap dengan gayanya yang polos dan menggemaskan. Lalu, dari mana dia tahu kata-kata itu? Ternyata saya tahu jawabannya.

Beberapa hari sebelumnya, saya kesal sampai memarahi si Kakak - remaja menuju dewasa yang terpaut jarak lebih dari sepuluh tahun dari si Ade. Yah, wajar dan boleh toh marah kepada Anak, asal dalam batas yang wajar dan ada kesalahan yang harus diperbaiki kan? Nah rasanya saat itu saya berkata dalam marah 'Kakak itu egois....bla...bla...'. Entah di kesempatan yang sama atau kali lain, entah saya atau ibunya rasanya pernah berkata 'Trauma Ayah sama Ibu mah....bla....bla....'. Bisa jadi saat itu si Ade mendengar saya lagi marah, dan menemukan kata-kata keren yang baru didengarnya. Dan kata-kata itu ada di benaknya sampai dia ucapkan ketika dia punya waktu mengucapkannya - meski sepintas jadi terbayang si Vicky Prasetyo from Karangasih city. Bisa jadi jika saya kelepasan mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pada tempatnya pada kondisi marah itu, anak saya pun akan mengambil kata-kata baru - yang terdengar keren di telinganya - dan lalu menirunya. Bagaimana jika yang muncul itu sumpah serapah lengkap dengan jerapah dan kawan-kawannya di kebon binatang? Naudzubillah.

Kawan. Itulah anak. Membahagiakan dengan tingkah polahnya. Tapi hati-hatilah berhadapan dengan anak, baik langsung atau tidak langsung, baik anak sendiri atau anak orang lain. Anak adalah peniru yang baik. Karenanya dibutuhkan orang tua yang bisa menjadi figur yang baik. Dalam kondisi tenang atau emosi tinggi, jagalah ucapan dan kesantunan. Jika kita sering melupakan bahasa yang terjaga, mintalah pasangan kita untuk mengingatkannya. Demikian pula dengan lingkungan sekeliling kita, carilah lingkungan yang baik-baik sehingga anak kita pun akan berperilaku dan berbahasa yang baik.

Cag

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun