Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tabanas – Cara Anak-anak Dulu Memikirkan Masa Depan

10 Januari 2015   03:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:26 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya membuat sebuah status di fesbuk, dengan kalimat akhir  berbunyi "tapi....ah da aku mah apa atuh, baik hati baik budi tidak sombong dan kasep deuih". Bagi pemuda jadul angkatan 70-80an mestinya ingat kata-kata dengan huruf tebal, bukan? Yang membuat tersenyum adalah dua buah komen senada yang berbunyi "rajin menabung pula?". Ah... jadi ingat masa lalu. Jaman dulu ketika penulis seusia pelajar sekolah dasar, pemerintah sangat gencar mendengung-dengungkan kebiasaan baik: MENABUNG. Menabung sering disandingkan dengan perilaku terpuji pula, semisal  baik hati baik budi dan tidak sombong. Bahkan seorang penyanyi senior terkenal pada jaman itu -  Titik Puspa - pun mendukung ide itu dengan membuat dan mendendangkan lagu berjudul  sama: MENABUNG. Karena kata "menabung"itu pula penulis ingat dua jenis tabungan jadul" Tabanas  dan Taska. Dua jenis tabungan  itu pasti diingat karena sering muncul dalam pelajaran di kelas. Tabanas kependekan dari Tabungan Pembangunan Nasional sementara Taska kependekan dari Tabungan Asuransi Berjangka. Perasaan makin melayang ke jaman dulu ketika searching google menemukan foto buku tabungan itu. Seperti ini nih penampakannya.

sumber: Photobucket

Saat itu menabung bisa dilakukan di kantor pos, karena  kantor pos terdapat di hampir tiap kelurahan. Saat itu bank tidak atau belum begitu dikenal, meski sudah ada bank besar seperti BRI dan BNI. Sebagai anak kecil, penulis pun menabung dengan jumlah kecil, tetapi rutin. Itulah mungkin edukasi yang ingin disampaikan: hemat dan berani menyisihkan "kekayaan" - seperti uang jajan, untuk masa depan. Saat itu tidaklah aneh jika pegawai kantor pos mau menerima dan memproses tabungan dengan jumlah sangat kecil seperti itu. Itulah cara anak-anak menabung jaman dulu. Lalu, apakah menabung itu  masih perlu digencarkan lagi di jaman sekarang ini? Entahlah. Banyak pro dan kontra. Apalagi saat sekarang masyarakat sudah melek finansial, sehingga akan mudah bagi mereka membandingkan keuntungan finansial dari menabung dibandingkan dengan  tipe investasi lain.  Apalagi masyarakat  juga sekarang sudah melek  arti inflasi dan penurunan  nilai. Bagi penulis pribadi, "menabung" itu perlu untuk memberi edukasi hemat, tidak boros dan berani menyisihkan kekayaan untuk masa depan. Tipe "menabung"nya sendiri ya terserah bisa berupa tabungan atau investasi, tergantung tiap kepentingan pribadinya. Ayo menabung. ...eh salah Ayo berinvestasi. ...eh belum tentu deng Ayoooo hidup hemat dan pikirkan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun