"Perang harga bukanlah suatu solusi, tapi kurang inovasi"Â
Tokopedia, Shopee dan Bukalapak adalah tiga marketplace terbesar di Indonesia dengan suntikan dana yang sangat mencengangkan dari investor mereka mencapai triliyunan.
Tak heran, jika ketiga marketplace ini sering "bakar uang" dengan memberikan promo-promo dan cashback bagi konsumen. Mereka yang memberika promo lebih banyak maka konsumen pun akan berbondong bondong menuju marketplace tersebut.
Saya sendiri adalah pelaku bisnis (penjual) di ketiga marketplace tersebut dan sesuai judul tulisan ini, saya sedikit miris melihat kenyataan yang ada.
Perang Harga di marketplace hal wajar?
Memang begitulah kenyataanya. Saya sendiri adalah anggota dari komunitas penjual online di marketplace, yang sering membahas tentang permasalahan-permasalahan yang ada di marketplace tersebut, seperti ongkos kirim, menghadapi calon konsumen, barang hilang di kurir, hingga masalah perang harga.
Tak sedikit para seller yang mengeluhkan perang harga di marketplace, bahkan beberapa seller ada yang mengaku tidak mengambil keuntungan atau kalaupun ada mereka hanya mengambil keuntungan 500-1000 perak.
Kalaupun mereka mengambil keuntungan yang besar modal mereka juga besar, saya ambil contoh penjual laptop/handphone yang menjual di harga 4.000.000 mereka hanya mengambil profit 100.000, karena jika mereka mengambil profit terlalu tinggi akan kalah bersaing dengan penjual lain, mereka akan selalu menurunkan harga dengan pesaing mereka sendiri begitu seterusnya hingga profit menjadi minim.
Tujuan dihadirkannya marketplace adalah membantu masyarakat Indonesia mendapatkan penghasilan dari jual beli online, selain itu juga menghidari adanya penipuan mengingat ketika melakukan transaksi ada pihak ketiga untuk mengamankan uang hasil transaksi.
Jika tujuannya adalah mendapatakan penghasil dari jual beli online, namun kenyataanya adalah sebaliknya. Sudah toko offline tutup berganti ke online, eh di online malah pada banting bantingan harga.