Mohon tunggu...
Rifki Ramadhan
Rifki Ramadhan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Membaca dan Menulis. Saya percaya ada hubungan sebab-akibat di antaranya. Sehingga saya yang cinta Membaca ini, merasa wajib untuk menggauli Menulis pula.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Evil

25 Juni 2010   21:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Evil is whatever distracts -Franz Kafka-

Tersebutlah seorang ibu yang kehilangan putra tunggalnya. Berbulan-bulan ia mencari, tapi masih nihil. Sang anak lenyap tanpa meninggalkan jejak. Ia sudah mengadu, mengadu pada yang mengaku "menerima pengaduan", Polisi. Tapi tetap saja masih hampa hasil. Kisah ibu yang mencari anak hilangnya pun gempar. Publik simpati pada Si Ibu, mereka menuntut kepolisian untuk bekerja lebih keras menemukan bocah itu. Sampai pada satu hari, polisi berhasil menemukan sang anak hilang. Dan untuk sementara kasus pun ditutup.

Sang anak dipertemukan pada si Ibu. Tapi si Ibu menolak anak itu. Naluri keibuan nya dengan keras menegaskan bahwa anak yang ditemukan polisi itu bukan lah anak kandungnya. Sebaliknya, Polisi sama yakinnya jika bocah itu adalah anak yang selama ini ibu itu cari. Semua ciri-ciri yang disebutkan sang ibu dulu, sama persis dengan anak ini.

Pendek cerita, Si Ibu memohon pada kepolisian untuk membuka kasus anaknya kembali serta melanjutkan pencarian. Publik pun kembali mendukung Si Ibu malang ini. Polisi hanya bergeming, tetap pada pendiriannya. Anak itu benar adalah anak Si Ibu, dan kasus dianggap selesai. merasa tidak puas dan belum mendapatkan kebenaran, Si Ibu terus berjuang.

Merasa terus diganggu dengan usaha Si Ibu, kepolisian pun berang. Si Ibu mereka anggap sebagai gangguan yang harus mereka lenyap kan. Dengan kuasanya, Polisi menuduh si Ibu sebagai perempuan cacat mental, Gila, karena tidak mengakui anak kandungnya sendiri. Lalu atas perintah Kepolisian, Si Ibu pun di karantina paksa ke dalam Rumah Sakit Jiwa.

*****

Bukan. Cerita ini bukan terjadi di Indonesia. Ini kisah nyata, tentang ibu yang gigih memperjuangkan nasib anaknya yang hilang. Ibu yang tegar menentang Kepolisian yang lalim. Juga Ibu yang tak kenal lelah untuk mencari Kebenaran dan Keadilan.

Itu terjadi di Los Angeles, 1928. Diangkat Hollywood ke layar lebar dengan judul Changeling dan disutradarai Clint Eastwood. Si Ibu diperankan dengan sangat brilian oleh Angelina Jolie. Konon saat itu LAPD (Los Angeles Police Department) adalah lembaga kepolisian berstatus terkorup, terlalim, terkejam dan berkinerja terburuk di Amerika Serikat. Mereka dengan seenaknya mengenyahkan siapa pun yg mereka anggap sebagai ancaman/ pengganggu bagi Kepolisian. Para pengganggu tersebut mereka labeli perusak citra Kepolisian, warga yg tidak tahu terimakasih, dan penyebar isu tidak-percaya terhadap kinerja Polisi. Para Pengganggu itu jahat, dimana Kejahatan adalah apapun yang mengganggu. Evil is whatever distracts, mungkin itu yang ada dibenak Polisi LAPD.

Tentu kita tak berharap Kepolisian Republik Indonesia 2010 tidak berstatus sama dengan Los Angeles Police Department 1928. Tak berharap lagi ada Prita Mulyasari lainnya. Tidak ada lagi Buaya congkak yang semena-mena terhadap Cicak. Tidak ada lagi Koruptor yang dihukum ringan ketimbang Si Miskin pencuri kakao, kapuk dan melon yang dihukum lebih berat. Sehingga Kafka dipembaringan abadinya disana, bisa tersenyum bahagia. Karena apa yang ia maksud dengan “Kejahatan” dan “Menggangu” benar-benar bisa di pahami sepenuhnya oleh kita. Tidak dipelintir, tidak disalahartikan, dan tidak disalahgunakan.

*Untuk Franz Kafka. Terimakasih telah menginspirasi Hukum dan Keadilan kami.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun