Oleh : Muh. Rifky Syaiful Rasyid
Tak terasa waktu sepertinya begitu cepat berlalu, Aku yang tadinya dini kini sekarang beranjak dewasa. Sebagai anak lelaki yang lahir dari pulau yang dikata berkuran kecil, tentunya terus berfikir bagaimana tanah kelahiran yang begitu dijunjung tinggi dapat berkembang dan maju sampai dikenali diseluruh penjuru.
Mimpiku terlalu besar untuk daerahku, hingga akhirnya terus memotivasi hidup ini untuk terus banyak belajar. Mimpi ini sebenarnya tak cukup dengan hanya bercerita dalam karya tulis ini. Tetapi, hal yang penting bagaimana aktualisasi pemahaman itu kembali kepada seninya untuk membuat pembaca merasakan perasaan perbeda usai membaca karya tulis ini. Tak hanya sekedar harapan, tetapi harapannya dapat merubah sedikit cara berfikir penikmat tulisan ini.
Tentang sebuah mimpi atau visi besar untuk daerahku, saya lahir dari pulau kecil dikenal Wawonii. Wawonii berarti 'atas kelapa' dalam bahasa Indonesia-nya. Mungkin pembaca akan mengira bahwa kami lahir dipucuk pohon kelapa. 'Bukan itu maksudnya', tanah kelahiran pulau Wawonii disebutkan karena disana memiliki banyak tumbuhan kelapa yang hingga kini membantu perekonomian masyarakat. Harganya tak begitu tinggi dibanding nikel, emas, perak dan sumber daya alam lainnya yang dimiliki beberapa daerah di belahan Nusantara.
Tetapi satu hal yang pasti, tumbuhan kelapa disana orang sebut sebagai berkah untuk pulau Wawonii itu. Seperti disampaikan sebelumnya, harganya tak cukup mahal, namun barokahnya mampu menutupi kepedihan masyarakat menengah ke bawah di sana. Â Masyarakat disana tak perlu harga yang cukup tinggi asal pohon kelapanya berbuah setiap saat.
Uniknya, meski disana banyak pepohonan kelapa  yang tumbuh subur, namun saat ini belum pula dilakukan impor ke luar negeri untuk mencari harga yang menjanjikan untuk masyarakat di sana. Mungkin saja, masyarakat Wawonii dominan senang hidup yang sederhana. Sebab disana tak ada yang terlalu miskin dan juga terlalu kaya.  Mereka hidup dengan cara sederhana, kalau ke pasar biasnya mencari harga yang lebih murah, kalau mahal banyak menawarnya. Kalau nggak turun, pasti mencari lain.
Itu hanya gambaran sebagian masyarakat disana, walaupun pada fakta-nya semua orang melakukan itu bila ke pasar. Sekali lagi, masyarakat Wawonii itu senang hidup yang sederhana. Itulah masyarakat Wawonii yang begitu senang dan bahagia dengan hidup sederhana.
Ada yang lebih aneh dari sekedar cerita sebelumnya, Wawonii disebut memiliki sejumlah lokasi yang memiliki banyak kandungan nikel dan bahan alam harga mahal di pasar dunia. Sejak dulu terus menjadi perbincangan. Hingga akhirnya masyarakat disana tetap memilih mengelola pohon kelapa ditanamnya.
Sekedar menceritakan, Â dulu sempat pernah bertanya kepada masyarakat sekitar, 'kok bisa lebih milih mengolah kopra dibanding mengolah bahan alam lainnya seperti pertambangan?'. Dijawablah 'pulau Wawonii ini kecil, tak sekedar hanya saat ini difikirkan, kita mesti memerlukan generasi masa depannya. Jangan sampai tenggelam kita disini'. Bila disimak dengan begitu baik, tentu akan menyimpulkan bahwa masyarakat disana menyayangi pulau itu.
Apa yang difikirkan masyarakat di sana tentu haruslah ditimbang dengan pendekatan emosional dan kebermanfaatan. Mereka takut terusir dari tanah kelahiran mereka meski keberuntungan investasi terus mendekati mereka. Ada yang tetap menolak, ada pula yang akhirnya mengikut. Tentu ini menjadi pilihan sulit bagi masyarakat di sana.