Mohon tunggu...
Rifka Nurbaiti Angguningtyas
Rifka Nurbaiti Angguningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rifka

Rifka Nurbaiti Angguningtyas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Kupatan di Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek, Warga Terbangkan Balon Udara Besar

25 Mei 2021   09:28 Diperbarui: 25 Mei 2021   09:30 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tanggal 20 Mei 2021, warga Desa Nglongsor Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek, rutin menggelar tradisi balonan untuk menutup lebaran atau kupatan. Sesuai namanya, tradisi ini digelar dengan menerbangkan balon udara di setiap mushala dan didepan rumah warga desa tersebut. 

Seperti pagi itu, dengan berbusana muslim puluhan warga berduyun-duyung baru melaksanakan sholat dhuha warga sudah berkumpul ada di depan masjid ada di depan rumah warga untuk menerbangkan balon udara nya. Tradisi balonan ini diawali dengan kupatan dan sholat dhuha di musala. Salah satunya di Mushala Al-Munajah, Dusun/Desa Nglongsor. Setiap orang membawa ketupat, sayur dan lauk-pauk. Usai membaca tahlil bersama, mereka beramai-ramai menyantap ketupat tersebut.

Saat matahari mulai terbit, tradisi balonan pun dimulai. Balon-balon udara pun disiapkan di halaman musala dan di depan rumah warga. Balon udara ini terbuat dari plastik bekas beraneka warna dengan lapisan solasi di dalamnya. Ukurannya pun yaitu diameter balon 6-8 meter, sedangkan tingginya 8-10 meter. Untuk membuat satu balon, rata-rata warga menghabiskan biaya Rp 200 ribu.

Berbeda dengan balon udara pada umumnya, balon udara buatan warga Desa Nglongsor ini diterbangkan menggunakan asap dari daun kelapa kering yang dibakar. Warga menggunakan kaleng bekas cat untuk mengalirkan asap dari tungku pembakaran ke dalam balon. 

Sementara sejumlah pria memegangi tali yang mengikat balon agar tak keburu lepas. Setelah asap mengisi balon, warga membakar sebuah gulungan daun kelapa yang diikat dengan tali tepat di tengah lubang balon sebagai tenaga pendorong selama di udara.

Gemuruh sorak warga pun memecah keheningan pagi hari di Desa Nglongsor mengiringi terbangnya balon raksasa ke udara. Sejenak langit pagi di kampung ini penuh dengan balon udara beraneka warna.

"Bisa dikatakan tradisi balonan ini sebagai pelepas kelelahan setelah puasa sebulan penuh dan puasa enam hari (puasa syawal). Ditutup dengan hari raya ketupat dengan hiburan seperti ini," kata salah seorang tokoh masyarakat Desa Nglongsor, Kamis (20/5/2021).

Meski bertenaga asap daun kelapa, menurut warga, balon udara buatan warga Nglongsor mampu terbang hingga sore nanti. "Ketinggiannya bisa 1 kilometer lebih," ujarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun