"Komputernya Lemot banget sih ...", demikian ucap salah seorang kawan yang sedang bekerja dengan Internet WiFi di sekolahku.
Padahal sih, menurutku sambungan internet di sekolahku sudah cukup cepat, cuma ya, karena yang pakai sekaligus banyak, wajarlah kalau sedikit tersendat, dan tidak secepat biasanya.
"Sekolah apa nih, internetnya aja lambat banget...", kawanku kembali melontarkan kata-kata yang menurutku tidak pantas untuk di ucapkan pada sekolah yang sudah berupaya untuk melengkapi fasilitas belajarnya dengan sedemikian rupa.
Sepulang sekolah, kata-kata yang di ucapkan oleh kawanku tersebut, kembali terngiang di telingaku.
Ternyata memang masih banyak orang yang tidak bisa mensyukuri keberuntungan yang bisa mereka dapatkan, dimana mereka bisa bersekolah di sekolah-sekolah yang menurutku sudah melengkapi fasilitas belajarnya dengan sebaik-baiknya.
[caption id="attachment_149440" align="aligncenter" width="502" caption="(Fotoku dan Kawan-kawan di Sekolah, sumber: dokumentasi pribadi)"][/caption]
Fasilitas itu seperti Gedung sekolah yang nyaman, berpenyejuk udara, fasilitas perpustakaan, fasilitas laboratorium komputer dengan sambungan internet, dan berbagai fasilitas lainnya.
Dengan segudang fasilitas tersebut, masih banyak diantara kawan-kawanku yang malas-malasan untuk belajar. Seakan sekolah hanya untuk menghabiskan waktu disiang hari semata.
"Mungkin mereka tidak pernah tahu tentang cerita Laskar Pelangi", ucapku dalam hati.
Aku kembali teringat tentang kisah anak-anak Laskar Pelangi. Dimana mereka tinggal di sebuah desa, yaitu desa Gantong, Belitong, di era tahun 1970-an.
Sebuah desa pantai yang indah, penuh kesederhanaan, tapi minim fasilitas belajar.
Mereka harus berjalan kaki cukup jauh untuk mencapai sekolah, bahkan terkadang harus berjumpa dengan seekor buaya besar yang kerap melintas di rute perjalanan mereka ke sekolah.
[caption id="attachment_149451" align="aligncenter" width="500" caption="(Buaya dalam Film Laskar Pelangi, sumber: laskarpelangi.com)"][/caption]
Kondisi kelas mereka juga sangat memprihatinkan. Jangan bandingkan dengan sekolah-sekolah modern masa kini...
[caption id="attachment_149442" align="aligncenter" width="400" caption="(Sekolah Laskar Pelangi, Sumber: kelascahayacemerlang.blogspot.com)"][/caption]
Bahkan kisah pertemuan mereka juga cukup ironis, dimana disaat penerimaan murid baru, sekolah tersebut nyaris ditutup, karena murid baru yang mendaftar hanya sembilan orang, sementara batas minimal murid adalah sepuluh orang.
Syukurlah, di saat terakhir, hadirlah "Harun", seorang siswa kesepuluh, yang menggenapi jumlah minimal siswa per kelas.
Sebagai guru mereka, Ibu Muslimah begitu bahagia, sehingga kesepuluh anak tersebut kemudian dinamakan dengan LASKAR PELANGI.
[caption id="attachment_149444" align="aligncenter" width="594" caption="(Laskar Pelangi, sumber: laskarpelangifans.net)"][/caption]
Tantangan dan hambatan tidak berhenti sampai disitu. Akan tetapi semuanya di hadapi dengan tabah dan semangat, bahkan dengan cita-cita yang setinggi langit, yaitu Ibu Muslimah selalu meminta anak-anak didiknya agar bisa berniat untuk meneruskan kuliah hingga ke Universitas Sorborne, Perancis.
[caption id="attachment_149452" align="aligncenter" width="375" caption="(Universitas Sorborne Prancis, sumber: placeforrent.com)"][/caption] Benar-benar sebuah cerita yang dapat memotivasi semua orang agar bisa bersyukur atas segala    kemudahan yang sudah mereka dapatkan selama ini. Dan merupakan sebuah cerita dapat membuat kita berhenti mengeluh, seolah-olah kita selalu dalam kondisi yang kekurangan. Padahal jika dibandingkan dengan apa yang telah dialami oleh Kesepuluh anggota Laskar Pelangi dan para guru mereka, hambatan yang kita alami adalah tidak seberapa.
Aku yakin, kalau saja kawan-kawanku bisa menghayati dengan baik pesan moral yang terkandung di cerita Laskar Pelangi tersebut, mereka akan menjadi siswa yang tidak mudah mengeluh, tangguh menghadapi tantangan, tidak mudah putus asa dan bisa bersyukur dengan segala kemudahan yang sudah mereka dapatkan.
Salut kepada Pak Andrea Hirata yang berkenan menuliskan kisah pribadinya yang sangat luar biasa, sehingga mampu meningkatkan kesadaran dan motivasi diriku dan banyak masyarakat Indonesia yang lainnya.
[caption id="attachment_149445" align="aligncenter" width="200" caption="(Pak Andrea Hirata, sumber: antara.news)"][/caption]
Tidak puas hanya dengan membaca Novelnya, aku juga tidak ketinggalan menonton kisah LASKAR PELANGI melalui layar bioskop, yang diproduksi oleh MILES Films di tahun 2008.
Sebuah pencapaian yang luar biasa. Aku baca di media Massa, film ini berhasil memukau hampir 4,6 juta penonton di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia. Apalagi tak lama kemudian, film Laskar Pelangi ini kemudian dapat di tonton oleh seluruh masyarakat Indonesia melalui layar televisi nasional.
Dan ternyata yang menyukai kisah Laskar Pelangi ini bukan cuma orang Indonesia lho.
[caption id="attachment_149446" align="aligncenter" width="320" caption="(Film Laskar Pelangi, sumber: laskarpelangifans.net)"][/caption]
Karena ternyata Film Laskar Pelangi ternyata juga telah di ikutkan di lebih dari 20 festival film Internasional di seluruh dunia, dan berhasil meraih sejumlah penghargaan, antara lain,
Signis Award dari Hong Kong International Film Festival 2009.
Special Jury Prize – Silver Dolphin Awarddari Festroia International Film Festival 2009 di Portugal.
Best Picture Award dari Asia Pacific Film Festival 2009 di Taiwan.