Hai kawan-kawan.
Pasti tidak ada seorangpun dari kawan-kawan yang mengharapkan terjadinya bencana Gempa Bumi dan Tsunami.
Bukankah sangat menyedihkan jika kita harus menghadapi sebuah bencana?.
Karenanya, telah banyak upaya untuk bisa mengantisipasi terjadinya suatu bencana.
Ada yang dengan cara meramalnya melalui perbintangan, dengan cara melihat tanda-tanda alam, atau dengan melihat perubahan perilaku hewan-hewan, bahkan dengan menggunakan teknologi canggih seperti yang dilakukan oleh alat deteksi Tsunami.
[caption id="attachment_146578" align="aligncenter" width="360" caption="(Alat Deteksi Tsunami, sumber: republika.co.id)"][/caption]
Kesemuanya, dilakukan demi memperoleh keselamatan dari terjadinya sebuah bencana.
Kawan-kawan, antisipasi terhadap sebuah bencana adalah sangat diperlukan, karena akibat dari suatu bencana bisa bermacam-macam, dari kerugian yang kecil hingga terjadinya kerusakan yang sangat besar dan memakan banyak korban jiwa.
[caption id="attachment_146581" align="aligncenter" width="600" caption="(kehancuran akibat Tsunami, sumber: nationalgeographic.com)"][/caption]
Dan petunjuk yang masih cukup banyak digunakan untuk meramalkan terjadinya bencana, adalah dengan cara mengamati tanda-tanda alam.
Kawan-kawan tentunya tahu bahwa kita di Indonesia ada diatas area Cincin Api Pasifik, dimana rawan akan terjadinya gempa bumi dan letusan gunung berapi.
[caption id="attachment_146583" align="aligncenter" width="553" caption="(area cincin api, sumber: worldatlas.com)"][/caption]
Dan pastinya kawan-kawan juga pernah mengetahui tentang adanya himbauan untuk melihat tanda-tanda alam yang menunjukkan akan datangnya Tsunami, seperti surutnya air laut secara tiba-tiba setelah terjadinya gempa, menggeleparnya ikan-ikan di tepi pantai dan tanda-tanda alam yang lainnya.
[caption id="attachment_146586" align="aligncenter" width="500" caption="(air laut yang surut tiba-tiba, sumber: flickr.com)"][/caption]
Sebelum ditemukannya alat sensor pendeteksi gempa, selama berabad-abad para ahli telah memanfaatkan hewan sebagai alat untuk mendeteksi bencana alam.
Hewan diyakini memiliki indra yang tajam, yang dapat dengan cepat mengetahui akan datangnya sebuah bencana, seperti gempa bumi dan Tsunami. Hewan juga diyakini lebih peka dalam menangkap getaran atau perubahan tekanan udara yang ada disekitar mereka, dibandingkan kemampuan yang dimiliki oleh manusia.
[caption id="attachment_146587" align="aligncenter" width="286" caption="(kepekaan kelelawar, sumber: bbc.uk)"][/caption]
Kemampuan sensorik pada hewan inilah yang dipelajari oleh Diana Reiss, Ph.D., Direktur dari Penelitian Mamalia Laut di Wildlife Conservation Society, New York City. Dimana kemampuan dari para hewan ini dipelajari agar dapat digunakan oleh manusia untuk lebih cepat dalam mengantisipasi kejadian bencana.
Kawan-kawan, penggunaan kemampuan hewan untuk mengantisipasi terjadinya suatu bencana, bukanlah sebatas isapan jempol belaka, mengingat telah terjadi cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa hewan bisa mengetahui akan datangnya suatu bencana jauh sebelum bencana tersebut terjadi.
Sejak tahun 1950, para peneliti di Republik Rakyat Cina, telah meneliti bahwa ular dapat mendeteksi akan terjadinya gempa bumi. Hal itu dibuktikan dengan keluarnya ular dari liang persembunyiannya dimusim dingin karena merasakan akan datangnya gempa bumi, padahal ular tersebut seharusnya sedang tidur panjang (hibernasi) di musim dingin tersebut.
[caption id="attachment_146588" align="aligncenter" width="259" caption="(kepekaan ular, sumber: wsbrc.org.uk)"][/caption]
Atau adanya kejadian sekelompok gajah yang berlarian menuju ke bukit-bukit tinggi sekitar satu jam sebelum terjadinya Tsunami di Sri Lanka dan Thailand pada tahun 2004. Gajah-gajah tersebut selamat dari Tsunami, sementara desa tersebut beserta penghuninya kemudian hancur luluh lantak diterjang oleh Tsunami.
[caption id="attachment_146589" align="aligncenter" width="550" caption="(kepekaan gajah akan bencana, sumber: eyesonafrica.net)"][/caption]
Kawan-kawan sekalian, para peneliti berkesimpulan bahwa hewan-hewan tersebut bisa mendeteksi akan terjadinya Tsunami karena mereka memiliki kemampuan pendengaran yang sangat peka.
Hewan-hewan tersebut memiliki kemampuan pendengaran Infrasonik, yang mampu mendengar gelombang suara pada frekwensi yang lebih rendah dari yang bisa didengar oleh manusia.
[caption id="attachment_146590" align="aligncenter" width="250" caption="(gelombang Infrasonik, sumber: geeknizer.com)"][/caption]
Selain ular dan gajah pada contoh diatas, ternyata burung, monyet, anjing dan banyak hewan lain juga ternyata tampak bertingkah “aneh” menjelang terjadinya gempa bumi dan Tsunami.
[caption id="attachment_146591" align="aligncenter" width="700" caption="(hewan-hewan, sumber: pulpmagz.com)"][/caption] Kelelawar yang biasanya tidur disiang hari, tampak menjadi sangat aktif berterbangan selama setengah jam menjelang Tsunami terjadi.
Anjing yang biasanya tampak riang, menjadi sangat pendiam menjelang terjadinya Tsunami. Demikian juga dengan monyet yang selalu tampak gelisah menjelang terjadinya gempa bumi dan Tsunami.
Hebat juga ya hewan-hewan tersebut!.
Jika sebelumnya aku banyak mengetengahkan contoh tanda-tanda alam sebelum bencana alam dari luar negeri, maka pada kesempatan ini, aku juga ingin mengetengahkan beberapa tanda-tanda alam yang dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia di daerah-daerah, yang mana jika tanda-tanda alam ini terlihat, maka dipercaya akan segera datang bencana alam, seperti Gempa Bumi atau Tsunami.
Tanda-tanda alam tersebut adalah sebagai berikut ini:
Pertama.
Adanya sekelompok burung laut dalam jumlah besar yang terbang rendah menjauhi lautan menuju ketengah daratan. Penduduk di sekitar pantai di Indonesia, mempercayai bahwa pertanda tersebut menunjukkan akan terjadinya gelombang laut besar yang akan menerjang pantai, seperti akan terjadinya Tsunami. Dan naluri para burung tersebut, menyuruh agar para burung menghindari laut yang akan “bergejolak” dan dapat membahayakan diri mereka.
[caption id="attachment_146592" align="aligncenter" width="288" caption="(burung laut, sumber: alltesea.com)"][/caption]
Kedua.
Pada banyak masyarakat di pedalaman Sumatera, diyakini bahwa akan terjadi sebuah bencana besar jika tampak adanya banyak kera yang memilih untuk berjalan di darat dan menjauhi pepohonan. Kera-kera itu juga biasanya tampak lebih agresif dan sangat gelisah.