"Tapi memang Tuhan selalu menjawab doa orang yang terdzolimi, kali ya. Buktinya beberapa bulan kemudian, aku melihat ada sebuah minimarket bernama Alfamart yang baru buka di depan komplek perumahan dimana aku tinggal. Dan tak lama kemudian, ada satu lagi yang buka di dekat sekolah SD dimana aku dulu sekolah", kataku dengan tersenyum senang.
"Ge'er banget...", tukas kawanku sambil mencibirkan bibirnya.
"He..he..he..., boleh dong, sekali-sekali gede rasa", ucapku ringan.
"Lalu gimana terusan ceritanya", tanya kawanku dengan tak sabar.
"Ceritanya, setelah melihat ada minimarket Alfamart yang baru buka tadi, aku masih takut untuk bertanya pada mama apakah boleh berbelanja disana. Karena aku lihat Minimarketnya kok bagus banget. Jangan-jangan harganya mahal. Jadinya aku cuma sering curi-curi pandang saja setiap kali lewat minimarket tersebut saat berangkat atau pulang sekolah bersama papa atau mama. Keciiiaaan banget ya, nasibku....", kataku sambil mencubit tangan kawanku yang badannya cukup gemuk itu.
"Sakiiit..., jangan cubit aku dong. Itu kan DL", kata kawanku.
"Apa'an tuh DL", tanyaku cepat.
"Ya, Derita Loe. Jadi syukurin aja tuh nasib. Nggak ada hubungannya ama aku, yeee...", ungkap kawanku sambil memajukan bibir bawahnya untuk mengejek aku.
"Sorry deh...sorry..., mau diterusin ngga' nih ceritanya", tanyaku dengan mimik menyesal.
Kawanku nan chubby (pipi tembam gitu, maksudna'), terlihat mengangguk-angguk setuju.
"Habis itu, pada suatu siang di jaman dahulu kala..., eh sorry bercanda. Pada suatu siang sehabis menjemputku, mama mengajak aku untuk mampir ke minimarket Alfamart yang ada di dekat rumahku".